[Puisi] Tuhan Siapa?
Sore itu, semesta merekamnya dengan sempurna.
Kala hujan membasahi kita,
Secangkir kopi, memberikan kehangatan berbalut fiksi yang kau gores dengan pena bertinta putih.
Sejuta tanda tanya yang larut bersama turunnya hujan yang menyisakan jutaan kenangan
Dengan segala rasa yang hebat
Nadiku berhenti bertanya,
Mempertanyakan segala hal yang tak mampu terucap, tertahan oleh segelas kopi pahit yang pekat.
Tentang mengapa hujan rela menjatuhkan dirinya ke bumi?
Tentang mengapa kayu rela membakar diri menjadi bara yang abadi?
Dan tentang mengapa jingga berlalu dari indahnya senja, demi membuat bintang dan bulan bersinar di malam hari?
Benar, cinta memang tak harus saling memiliki.
Pun, aku tidak pernah menyesali pertemuan ini.
Walau bagaimanapun sakitnya akhir dari kebersamaan ini.
Kau akan tetap larut, dalam kerinduan senada yang kutata rapi tanpa cela.
Sekarang aku sadar, ternyata tidak semua pertanyaan memerlukan jawaban.
Misalnya, tentang mengapa kita dipertemukan?
Mengapa kita lahir di atas jutaan perbedaan?
Mengapa kita harus beribadah dengan cara yang berbeda, menyebut nama Tuhan dengan cara yang berbeda?
Aku sadar, kita terlalu naif untuk tidak mengakui keadaan ini
Ketahuilah, kelak semua akan ada jawabnya
Singkatnya begini, aku hanya ingin menikmati hari ini
Menikmati hujan yang jatuh bersama jutaan rasa yang menghujam deras dan tajam
Suatu nanti,
Hari ini akan dikenang
Saat kita berlari dibawah air hujan, menertawakan diri sendiri tanpa intuisi
Kamu adalah hujan yang menyejukkan dan menentramkan patah hati yang perlahan tersembuhkan.
Kamu adalah hadiah terindah dari Tuhan.
