Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Remehkan Nazi, Pengusaha Biskuit Asal Jerman Meminta Maaf

Berlin, IDN Times - Pengusaha biskuit Jerman Choco Leibniz, Verena Bahlen, meminta maaf setelah dirinya dianggap meremehkan peristiwa Nazi beberapa waktu lalu. Ia dianggap tidak menyadari sejarah pemerintahan Nazi saat itu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Setelah dikecam, ia mengakui kesalahannya saat berkomentar

twitter.com/TrudeauMaggie
twitter.com/TrudeauMaggie

Dilansir dari BBC, Verena Bahlen akhirnya meminta maaf karena memberikan pernyataan komentar yang tidak pantas mengenai pemerintahan Nazi. Akan tetapi, ia langsung menyadari kesalahannya setelah mendapatkan kecaman keras dari para netizen. "Adalah kesalahan untuk memperkuat debat ini dengan tanggapan yang tidak dipikirkan.

"Tidak ada yang lebih jauh dari pikiran saya selain mengecilkan sosialisme nasional atau konsekuensinya," ungkap pernyataan dari Verena Bahlen seperti yang dikutip dari BBC. Ia menambahkan bahwa dia menyadari perlunya belajar lebih banyak tentang sejarah perusahaan.

"Sebagai generasi berikutnya, kita memiliki tanggung jawab atas sejarah kita. Saya secara jelas meminta maaf kepada semua yang perasaannya telah saya lukai," ungkap pernyataan tambahan Verena Bahlsen yang dikutip dari BBC.

Seperti yang diketahui, Verena Bahlsen merupakan seorang cicit dari Hermann Bahlsen, penemu biskuit Choco Leibniz dan Verena Bahlsen sendiri akan mendapatkan seperempat warisan dari bisnis keluarga ini. Ia juga merupakan seorang pengusaha dengan haknya sendiri dan melanjutkan perusahaan sebagai seorang pemula yang hanya melanjutkan usaha makanan ini.

2. Peristiwa ini terjadi berawal dari ucapannya saat hadir dalam sebuah acara Konferensi Pemasaran

twitter.com/reader_spot
twitter.com/reader_spot

Peristiwa ini berawal dari pernyataannya saat menghadiri sebuah acara Konferensi Pemasaran beberapa hari lalu. Pasalnya, ia mengatakan kepada para delegasi di acara itu dengan mengatakan ia adalah seorang kapitalis dan memiliki seperempat perusahaan Bahlsen.

"Saya seorang kapitalis. Saya memiliki seperempat Bahlsen, itu hebat. Saya ingin membeli kapal pesiar berlayar dan barang-barang seperti itu," ungkap pernyataan yang dilontarkan Verena Bahlsen saat itu seperti yang dikutip dari BBC.

Para penonton yang hadir dalam acara itu justru memberikan tepuk tangan dan ada juga yang tertawa, namun di sisi lain beberapa pengguna media sosial menuduh Verena Bahlsen tidak peka terhadap eksploitasi pekerja paksa perusahaan di masa lalu dengan membuat pernyataan ringan tentang kekayaaan yang dimilikinya. Para sejarawan dan politisi Jerman ikut memberikan kritik kepadanya akibat pernyataan tersebut.

Seorang ilmuwan, Guy Stern, yang saat ini telah berusia 97 tahun menjadi korban Holocaust dengan menimpa keluarganya saat itu mengkritik Verena Bahlsen dengan mengatakan bahwa dia berbicara mengenai pekerja paksa dari sudut pandang ahli waris. Sementara politisi yang merupakan Sekretaris Jenderal Partai Sosial Demokrat, Lars Klingbell, mengatakan seseorang yang mewarisi kekayaan sebesar itu, juga mewarisi tanggung jawab dan tidak boleh sombong.

3. Pada era Nazi, perusahaan ini menggunakan tenaga para pekerja paksa saat itu

twitter.com/current_go
twitter.com/current_go

Pada era Nazi saat itu, perusahaan Choco Liebniz menggunakan para pekerja paksa untuk menghasilkan produk biskuit yang berkualitas. Beberapa di antara mereka yang notabene merupakan keluarga atau kerabat dari para pekerja paksa mengakui bahwa ia diperlakukan dengan baik menurut standar Nazi. Mereka mengakui mendapatkan upah, akan tetapi upah yang mereka dapatkan telah dikurangi untuk makanan dan penginapan mereka. Mereka juga saat itu disuruh tinggal di barak tempat mereka berada di bawah pengawasan penjaga.

Tuntutan hukum yang diajukan oleh 60 orang yang selamat dari zaman tersebut meminta kompensasi dari perusahaan Choco Leibnez namun dibatalkan pada tahun 2000 karena batas waktu telah berakhir. Pada tahun 2001, perusahaan Choco Leibnez secara sukarela membayar 1,5 juta deutschmark atau setara dengan 750.000 euro saat itu untuk mengompenasi para pekerja paksa.

"Perusahaan menyadari penderitaan besar dan ketidakadilan yang diderita oleh para pekerja paksa dan banyak orang lainnya dan mengakui tanggung jawab historis dan moralnya," ungkap pernyataan dari Verena Bahlsen menanggapi masalah ini seperti yang dikutip dari Telegraph.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us

Latest in News

See More

Gempa Hari Ini 26/09/2025 bermagnitudo 3.6 di Tarutung

26 Sep 2025, 15:56 WIBNews
aAL248skpp.png

Artikel news nasional

12 Sep 2025, 14:37 WIBNews
pribadi

Artikel bludru

04 Sep 2025, 08:59 WIBNews
dewd

artikel BARU tampil

12 Agu 2025, 13:46 WIBNews
Nulla facilisi

Artikel BARU!

12 Agu 2025, 13:08 WIBNews
Frame 1000004504.png

artikel news indonesia 2025

31 Jul 2025, 15:07 WIBNews