Polemik Pilpres Aljazair Belum Reda, Sang Presiden Mulai Melunak
Rencana Presiden Aljazair, Abdulaziz Bouteflika, kembali maju dalam pemilihan umum April mendatang malah panen kecaman dari seluruh lapisan masyarakat. Dilansir oleh kantor berita Reuters, Abdelghani Zaalane selaku manajer kampanye, menyatakan sang klien takkan menyelesaikan masa bakti penuh 5 tahun, melalui siaran langsung televisi nasional pada Minggu (3/3/2019) pagi.
Pernyataan tersebut tak bisa disampaikan langsung oleh yang bersangkutan, lantaran ia tengah menjalani perawatan medis intensif di Swiss. Sebelumnya, aturan komisi pemilihan umum yang mengisyaratkan para calon harus mendaftarkan pencalonan secara langsung berhasil "dilunakkan". Dewan Konstitusi memutuskan bahwa ia tidak harus hadir secara fisik lantaran kondisi yang tak memungkinkan.
1. Gelombang protes atas rencana presiden inkumben, Abdelaziz Bouteflika, kembali maju dalam Pemilu belum mereda
Usai menerima gelombang protes, Bouteflika berjanji hanya menduduki jabatan kepala negara selama setahun andai terpilih. Menurut surat tersebut, pemangku jabatan presiden selanjutnya ditentukan melalui voting inklusif yang melibatkan seluruh anggota kabinet legislatif. Lebih jauh, ia terus mengamati dengan cermat gelombang protes yang mengikuti niatannya.
"Saya mendengar dan menyimak seruan tulus dari para pengunjuk rasa, dan khususnya ribuan pemuda yang bertanya kepada tentang masa depan negara ini. Ungkapan keprihatinan mereka dapat dimengerti, terlebih perihal ketidakpastian yang tengah dihadapi. Saya mengemban tugas untuk menenangkan hati dan semangat menggebu mereka," tulis sosok 82 tahun tersebut dalam surat yang dibacakan oleh Zaalane.
2. Janji takkan berlama-lama sebagai presiden jika terpilih lagi rupanya tak serta merta menenangkan para demonstan
Seolah tidak puas, gelombang protes keras atas sang pemimpin sepuh bertarung di kontestasi politik untuk kali kelima secara beruntun rupanya belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Didominasi mahasiswa, mereka kembali memenuhi ruas-ruas jalan protokol ibukota Aljir sembari meneriakkan slogan penolakan.
Demonstrasi turut berlangsung di sejumlah kota lainnya, termasuk Paris yang menjadi kediaman ratusan ribu komunitas diaspora Aljazair. Tak jarang polisi menggunakan meriam air atau kekerasan untuk membubarkan mahasiswa seperti yang terjadi di Aljir pada Sabtu (2/3/2019) malam waktu setempat. Dilaporkan 183 orang cedera akibat bentrok sejauh ini.
"Kami sama sekali tidak menentang presiden, tetapi ia tengah tak sadarkan diri. Secara fisik, ia sudah tidak mampu mengemban tugas. Kami takut para petinggi militer dan orang-orang terdekatnya melakukan hal-hal buruk atas nama Bouteflika," pungkas seorang demonstran kepada AFP pada Senin (4/3/2019) kemarin.
3. Sejak menderita stroke pada 2013, sejumlah tugas Bouteflika sebagai kepala negara pun terbengkalai
Aljazair tengah menghadapi gejolak politik terpanas dalam 20 tahun terakhir, atau sejak jabatan presiden diisi oleh Bouteflika, mantan petinggi militer yang sukses mengakhiri perang sipil dekade 1990-an.
Pasca didera penyakit stroke pada 2013, yang mengakibatkan dirinya jarang tampil di depan umum, ia sanggup memenangkan Pilpres 2014 meski pihak oposisi menolak mengakui hasilnya.
Aktivis politik dalam negeri acapkali mengkritik keputusan Bouteflika yang enggan meletakkan jabatan, meski kesehatannya yang kian buruk berimbas pada terbengkalainya sejumlah tugas sebagai kepala negara. Namun BBC menulis, terlepas dari silang pendapat, ia diperkirakan kembali akan memenangkan pemilu tahun ini.
