Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari Valentine: Pasangan Sesama Jenis di Jepang Gugat Pemerintah

unsplash.com/Priscilla du Pre
unsplash.com/Priscilla du Pre

Tokyo, IDN Times - Sebanyak 13 pasangan sesama jenis di Jepang berencana menuntut pemerintah Jepang secara legal di Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari. Salah satu dari pasangan tersebut adalah Chizuka Oe dan Yoko Ogawa.

Seperti dilaporkan France24, keduanya sudah bersama selama 25 tahun. Keputusan untuk sah hidup bersama secara hukum pun sudah tak perlu dipertanyakan. Hanya saja, saat keduanya mendaftarkan pernikahan di Balai Kota, pemerintah menolak. 

1. Merasa diperlakukan tak adil, mereka berniat menggugat pemerintah

unsplash.com/Priscilla du Pre
unsplash.com/Priscilla du Pre

"Kami diberitahu bahwa mereka tak bisa menerima pendaftaran karena kami berdua adalah perempuan," kata Ogawa. Padahal, lanjutnya, saat itu ada sejumlah pasangan heteroseksual yang juga sedang mengantri untuk mendaftarkan pernikahan. Bedanya, mereka tidak mengalami masalah.

Karena merasa tak diperlakukan secara adil dan setara, Ogawa dan rekan-rekannya yang juga homoseksual pun berencana memasukkan gugatan secara hukum. Mereka bertujuan agar pemerintah Jepang mengakui pernikahan sesama jenis dan melegalkannya.

2. Mereka menuntut ganti rugi materi karena tak bisa menikah

unsplash.com/rawpixel
unsplash.com/rawpixel

Bukan hanya menggugat agar pernikahan sesama jenis dilegalkan, 13 pasangan yang terdiri dari lima lesbian dan delapan gay itu juga mau pemerintah memberikan ganti rugi secara materi. Ini karena selama ini mereka mendapatkan diskriminasi.

Jumlah ganti rugi yang mereka inginkan pun terbilang besar yaitu Rp126 juta per orang. "Mengapa kami bahkan tak bisa memiliki pilihan sederhana untuk memutuskan apakah ingin menikah atau tidak?" kata Ogawa.

3. Pasangan lain punya cara sendiri untuk memprotes pemerintah

unsplash.com/Steffano Ghezzi
unsplash.com/Steffano Ghezzi

Sementara itu, Misato Kawasaki dan kekasihnya, Mayu Otaki, memilih untuk mengambil jalan berbeda. Dikutip dari Japan Times, kedua pelajar itu berencana mengambil foto pre-wedding di 25 negara yang secara resmi melegalkan pernikahan sesama jenis. Keduanya pun menjadikan ini sebuah proyek dengan membuka donasi kepada publik.

"Melalui proyek ini, aku ingin menyemangati banyak orang dan berkata bahwa tak ada yang harus membuatmu malu hanya karena kamu adalah minoritas. Penting untuk bersuara, tapi kecuali banyak orang tertarik aku pikir masyarakat takkan berubah," tegasnya.

Kawasaki dan Otaki menggunakan situs penggalangan dana Faavo untuk memperoleh dana yang akan membiayai proyek mereka. Dari target satu juta yen atau sekitar Rp127 juta, mereka baru bisa mendapatkan separuhnya.

Di antara negara-negara yang akan mereka kunjungi adalah Selandia Baru, Kanada dan Afrika Selatan. Mereka tertarik mengunjungi Taiwan meski mayoritas penduduk di negara itu menolak pernikahan sesama jenis.

4. Jepang mengaku hubungan seksual sesama jenis, tapi tidak pernikahan

unsplash.com/Sharon McCutcheon
unsplash.com/Sharon McCutcheon

Konstitusi Jepang sendiri menuliskan bahwa "pernikahan wajib dilakukan dengan izin kedua jenis kelamin". Pemerintah menafsirkannya sebagai bentuk pelarangan terhadap pernikahan sesama jenis karena melanggar konstitusi.

Hanya saja, banyak pakar hukum yang tak sependapat. Mereka justru melihat konstitusi tak menunjukkan bahwa pernikahan sesama jenis adalah ilegal.

Sedangkan sebuah survei yang dirilis pada Januari memperlihatkan hampir 80 persen orang Jepang berusia antara 20 sampai 59 tahun mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis.

Akan tetapi, jalannya pun cukup terjal. Pada tahun kemarin, anggota partai berkuasa justru mencemooh komunitas LGBT sebagai golongan "tak produktif" hanya karena "tak bisa memiliki anak".

5. Satu pasangan homoseksual diizinkan mengadopsi anak

unsplash.com/Elyssa Fahndrich
unsplash.com/Elyssa Fahndrich

Pasangan sesama jenis pun akhirnya memilih untuk mengadopsi anak. Sayangnya, ini juga masih dipersulit di banyak tempat. Kasus langka pun terjadi di Osaka karena pemerintah memutuskan satu pasangan gay boleh menjadi orangtua angkat pada April 2017 lalu.

Pasangan yang tak mau disebutkan identitasnya itu mengadopsi seorang remaja yang sudah berada dalam perlindungan mereka sejak dua bulan sebelumnya. Pemerintah kota Osaka sendiri mengatakan izin itu diberikan karena keduanya paham sistem adopsi serta memiliki kemampuan finansial yang baik.

Share
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us

Latest in News

See More

artikel BARU tampil

12 Agu 2025, 13:46 WIBNews
Nulla facilisi

Artikel BARU!

12 Agu 2025, 13:08 WIBNews
Frame 1000004504.png

artikel news indonesia 2025

31 Jul 2025, 15:07 WIBNews
koneksi bapuk

coba tes jam cuy

21 Jul 2025, 00:00 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

18 Jul 2025, 09:28 WIBNews
9wapwl.jpg

tes jam new york

17 Jul 2025, 23:00 WIBNews
Asperiores eius quia ubah

Testing Artikel test

02 Jul 2025, 10:11 WIBNews
iamge

Artikel community nasional

01 Jul 2025, 10:48 WIBNews
GVei0VPWcAA0QTB.jpg

artikel tanggal enam belas

23 Jun 2025, 11:58 WIBNews
GV9soLjaoAAIqGr.jpg

Artikel baru dengan link

17 Jun 2025, 16:12 WIBNews
GVei0VPWcAA0QTB.jpg

Artikel news baru

12 Jun 2025, 13:46 WIBNews
Sollicitudin

Artikel Nasional 9

10 Jun 2025, 13:04 WIBNews