Tingkatkan Keterampilan Migran, Pemerintah Sediakan P3K di Singapura

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia menyediakan sejumlah akses peningkatan keterampilan bagi pekerja migran indonesia (PMI) dan pendidikan formal oleh Universitas Terbuka. Salah satunya ialah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja (P3K). Atase Ketenagakerjaan di Singapura, Devriel Sogia, mengungkapkan hal itu usai menghadiri wisuda Pekerja Migran Indonesia, di Gedung UT Convention Center, Tangerang Selatan, Selasa (12/11).
Davriel mengatakan, P3K adalah kursus selama 6 bulan yang terdiri dari 8 kejuruan, yaitu barista, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, komputer, tata kecantikan, menjahit, dan baking. Saat ini, P3K di Singapura diikuti sekitar 600 PMI.
"Dari 8 kejuruan ini, kita akan terus meningkatkan kualitas pelatihan. Kita juga akan bekerja sama dengan BNSP guna mendapatkan sertifikasi yang diakui Indonesia," ujar Davriel.
1. Pendidikan yang dienyam pekerja migran di Singapura dapat menjadi contoh bagi PMI lainnya

Salah satu PMI, Nisak (36 tahun), sangat bersyukur akhirnya dapat diwisuda. Pendidikan yang dienyam selama ini berasal dari keinginannya untuk meningkatkan keterampilan serta mendapat dukungan penuh dari atasannya.
"Semoga bisa menjadi contoh bagi teman-teman pekerja migran bahwa pekerja migran juga bisa sekolah, bisa kuliah. Jadi, orang-orang yang bekerja di luar negeri jangan menganggap diri kita itu rendah, anggap diri kita ini pekerja, bukan pembantu," tutur perempuan asal Kendal, Jawa Tengah, tersebut.
2. Dukungan atasan pekerja migran di Singapura juga menjadi dorongan mereka untuk kembali belajar

Nisak pun berterima kasih kepada atasannya, Mrs. Lisa Tan, yang turut mengantarkannya untuk wisuda di Indonesia. Tak hanya itu, majikannya juga membantu biaya pendidikan, biaya wisuda, hingga memfasilitasi keluarga Nisak untuk datang pada acara wisuda.
"Dia dan keluarganya support saya. Dia membayarkan kuliah saya, tiket pesawat, nginep di hotel juga dia yang bayar, tidak memotong gaji," ujar Nisak.
Nisak sendiri mengambil program pendidikan sastra Inggris bidang minat penerjemahan. Selain Nisak, 12 PMI yang diwisuda ialah Ida Supartini dari program studi sastra Inggris bidang minat penerjemahan, Jamilah (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Maria Kareri Hara (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Eti Maini (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Reni Haryati (S-1 akuntansi), Tuti Sulistyaningsih (S1 manajemen), Mahdalena (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Dorince Lassa (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Saryanti (S1 ilmu pemerintahan), Juwita Seo (sastra Inggris bidang minat penerjemahan), Umi Nadhiroh (S1 manajemen), dan Wiratna (sastra Inggris bidang minat penerjemahan).
3. Program pendidikan bagi pekerja migran mendekatkan akses peningkatan keterampilan dan pendidikan

Sementara itu, Direktur UT Batam Eliaki Gulo menambahkan, program pendidikan bagi pekerja migran ini merupakan upaya mendekatkan akses peningkatan keterampilan dan pendidikan bagi WNI di luar negeri. Selain di Singapura, program ini juga ada di Kuala Lumpur dan Johor (Malaysia).
Saat ini, mahasiswa UT di Singapura 230 orang, Kuala Lumpur sebanyak 500 mahasiswa, dan Johor 280 mahasiswa.
"Ini adalah upaya bersama, bukan hanya UT tapi juga pemerintah, untuk memberikan akses pendidikan kepada warga kita yang ada di luar sana," tutur Eliaki.



















