Rizal Ramli Sebut Ahok Warga Kelas Glodok, PDIP: Apa Gak Merendahkan?
Jakarta, IDN Times - Ekonom Rizal Ramli mengomentari peluang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi petinggi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rizal mengatakan, Ahok hanya warga kelas Glodok yang dianggap tidak mampu dan tidak memiliki pengalaman dalam bidang korporasi.
1. Pernyataan Rizal Ramli dinilai merendahkan warga Glodok
Politikus PDI Perjuangan Charles Honoris menilai pernyataan Rizal sangat tendensius dan merendahkan, terutama bagi warga Glodok.
"Kalimat RR (Rizal Ramli) bukan hanya tendensius, analoginya pun menurut saya dangkal sekali, apa yang dimaksud dengan kelas Glodok? Apa itu gak merendahkan?” kata Charles saat dikonfirmasi IDN Times, Selasa (19/11).
2. Warga Glodok sama mulianya dengan warga lainnya
Charles yang merupakan anggota DPR dari Dapil Jakarta III meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, mengatakan warga Glodok sama mulianya dengan warga lain.
“Saya melihat warga Glodok sama mulianya dengan warga lain. Mau itu pedagang, karyawan, pekerja kasar, pemuka agama pun banyak yang tinggal di Glodok,” katanya.
“Dan mungkin kontribusi mereka buat negara gak kalah sama RR yang mungkin hanya lebih kencang saja teriaknya,” katanya menambahkan.
3. Rizal Ramli melalui akun twitternya menyebut Ahok kelas warga Glodok
Sebelumnya, Rizal Ramli melalui akun Twitternya @RamliRizal mengatakan Presiden Joko “Jokowi” Widodo akan menimbulkan polemik baru jika benar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut ditunjuk sebagai petinggi salah satu perusahaan BUMN.
“Ini hereui pisan @Jokowi, kayak Indonesia kurang masalah aja. Bermasalah, tidak punya corporate experience, kelas Glodok,” kata Rizal lewat unggahan twitternya.
4. Rizal Ramli menyebut penunjukan Ahok sebagai petinggi BUMN akan melahirkan perpecahan
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini menilai banyak sosok yang jauh lebih berpengalaman untuk diangkat sebagai petinggi perusahaan BUMN. Ditunjuknya Ahok, jelas Rizal, hanya akan melahirkan perpecahan di masyarakat.
“Banyak executive yang jauh lebih baik, kok. Kalau utang budi, cukup Dubes, jangan buat pembelahan lagi,” kata Rizal menegaskan.
