Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jusuf Kalla: Ujian Nasional Harus Tetap Ada, Bahaya Kalau Dihapus

Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis

Padang, IDN Times - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersikukuh pemerintah harus mempertahankan Ujian Nasional (UN) dalam sistem pendidikan. Tanpa UN, maka akan ada perbedaan standar kelulusan di berbagai wilayah Indonesia.

"Jika tidak ada standar nasional, tapi ada standar-standar yang berbeda, ini sangat berbahaya," kata JK dalam pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (DR HC)-nya dari Universitas Negeri Padang (UNP) pada Sidang Senat Terbuka UNP, Kamis 5 Desember 2019.

Dengan standar pendidikan yang berbeda, mutu berbeda, kata JK, maka akan tercipta gap atau kesenjangan mutu pendidikan dari satu daerah ke daerah lain.

"Jadi kenapa harus Ujian Nasional? Supaya standarnya sama, tidak ada lagi standar yang berbeda di antara provinsi atau daerah yang berbeda, sehingga pemerintah dapat memetakan dan membantu daerah dan sekolah yang kurang. Itulah esensi dasar mencerdaskan bangsa sesuai UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional," kata JK.

1. UN meningkatkan mutu pendidikan Indonesia sejak 2003

Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis

Diakui JK, di awal penerapan UN pada tahun 2003, banyak anak yang tidak lulus terutama di daerah. Namun dari tahun ke tahun tingkat kelulusan semakin tinggi walaupun di tahun 2015 UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan, melainkan untuk evaluasi mutu pendidikan nasional. "Ini perlu dikaji lagi, termasuk hasil UN menjadi syarat masuk perguruan tinggi," ujar JK.

Saat UN diterapkan, pemerintah mematok angka kelulusan 4, jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Singapura yang menetapkan angka kelulusan 7. Saat itu ada 18 persen siswa yang tidak lulus. Karena jika saat itu angka kelulusan ditetapkan 6, maka akan ada 40 persen anak yang tidak lulus.

"Kemudian tiap tahun dinaikkan 0,5 persen sampai nilai 6 seperti sekarang. Artinya, secara bertahap ada peningkatan mutu," tutur JK.

2. JK minta pemerintah tidak menyerah, jangan degradasi pendidikan kita

Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis

Penciptaan standar dan peningkatan mutu pendidikan itu, JK menambahkan, ibarat meletakkan galah lompat tinggi. Di negara-negara lain, untuk meningkatkan prestasi, ketinggian galahnya secara bertahap ditambah. Sebaliknya dengan Indonesia, agar semua murid bisa melewati galah maka ketinggian galahnya diturunkan.

"Akibatnya kita hanya bisa melompati ketinggian 1,5 meter, sementara di negara lain sudah 2 meter," kata dia.

Karena itulah, JK menegaskan, ketinggian galah yang menjadi standar kelulusan anak harus ditingkatkan bertahap secara terus menerus. "Kita tidak boleh menyerah dengan membuat rendah ketinggian galah untuk kelulusan siswa. Jika ini dilakukan, kita telah mendegradasi pendidikan kita. Ujian Nasional mendorong anak belajar dan berusaha keras untuk lulus," kata dia.

3. UN bikin siswa berpikir, tak ada upaya mencerdaskan bangsa yang berhasil tanpa usaha

Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Anugerah Doktor Honoris Causa untuk Muhammad Jusuf Kalla, Kamis, 5 Desember 2019. IDN Times/Uni Lubis

JK tidak menepis adanya keluhan dan protes dari orangtua murid dan guru yang menganggap Ujian Nasional memberatkan. Tetapi di lain pihak, banyak juga orangtua yang dengan perhatian mendorong dan membantu anaknya belajar dengan tekun.

"Kalau ingin maju memang harus belajar keras. Banyak kritikan soal kebocoran bahan ujian, tetapi setelah Kemendikbud membuat bahan ujian berbeda-beda dalam satu kelas, maka sulit menyontek dan membocorkan soal. Apalagi setelah sebagian besar ujian dengan komputer," ujarnya.

Soal kritikan bahwa UN mendorong anak hanya menghafal, JK menilai justru menghafal bagian dari berpikir. Menurut dia, tidak mungkin menyelesaikan soal matematika atau fisika dengan menghafal.

Terkait penolakan UN hingga mengajukan yudicial review ke Mahkamah Agung, dengan bijak JK mengatakan bahwa tidak ada upaya mencerdaskan bangsa yang berhasil tanpa usaha.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Share
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us

Latest in News

See More

Kasus Penjarahan Rumah Sri Mulyani, Polisi: Sudah Ada Tersangka

04 Sep 2025, 10:30 WIBNews
pribadi

Artikel bludru

04 Sep 2025, 08:59 WIBNews
dewd

artikel BARU tampil

12 Agu 2025, 13:46 WIBNews
Nulla facilisi

Artikel BARU!

12 Agu 2025, 13:08 WIBNews
Frame 1000004504.png

artikel news indonesia 2025

31 Jul 2025, 15:07 WIBNews
koneksi bapuk

coba tes jam cuy

21 Jul 2025, 00:00 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

18 Jul 2025, 09:28 WIBNews
9wapwl.jpg

tes jam new york

17 Jul 2025, 23:00 WIBNews
Asperiores eius quia ubah

Testing Artikel test

02 Jul 2025, 10:11 WIBNews
iamge

Artikel community nasional

01 Jul 2025, 10:48 WIBNews
GVei0VPWcAA0QTB.jpg

artikel tanggal enam belas

23 Jun 2025, 11:58 WIBNews
GV9soLjaoAAIqGr.jpg

Artikel baru dengan link

17 Jun 2025, 16:12 WIBNews