Jakarta, IDN Times - Dalam pembukaan Indonesia International Book Fair, Rabu (4/9), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyinggung minat baca publik yang rendah. Bahkan untuk membaca pesan WhatsApp (WA) yang panjang, menurut Anies, orang juga malas.
"Alhamdulillah minat baca kita tinggi, minat baca WA. Itu cukup tinggi. Bangun lagi buka WA, minat baca tinggi. Tapi WA pun begitu agak panjang skip," kata Anies dalam pidatonya.
Sebagai contoh, Anies menyebut salah satu buku karya Thomas Piketty berjudul "Capital in the Twenty-First Century' yang berisi 800 halaman. Ia ragu buku itu akan laku, meski sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan subsidi besar dari negara.
"Kira-kira laku tidak? Jadi jangan salahkan harga dulu. Asumsikan harganya disubsidi habis-habisan, sehingga dari harga Rp800 ribu jadi cuma Rp30 ribu. Saya hampir yakin, tidak laku. Bukan persoalan harganya, tapi persoalan daya bacanya. Karena itu target yang harus kita dorong sesungguhnya bukan hanya meningkatkan minat baca," katanya.
Anies mengaku khawatir dengan minat baca yang rendah di Indonesia, khususnya Jakarta. Untuk itu, pihaknya akan melakukan sejumlah upaya agar minat baca masyarakat meningkat.
Salah satu caranya adalah dengan mengadakan perpustakaan atau rak bacaan di sejumlah tempat, seperti Moda Raya Terpadu (MRT), stasiun, dan pasar-pasar.
"Satu, di sekolah. Kedua, di ruang-ruang seperti stasiun kemudian arena-arena umum, ketiga pasar buku," kata Anies di Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) 2019, Jakarta Convention Center.
Selain itu, Anies meminta di setiap stasiun MRT disediakan perpustakaan dan rak buku agar warga Jakarta membaca.
"Sesegara mungkin, lagi dalam proses. Jadi saya minta di semua stasiun MRT disiapkan tempat perpustakaan, bukan perpustakaan besar ya, tapi rak-rak buku di mana penumpang bisa mengambil buku untuk baca. Lalu bisa dibaca sepanjang stasiun, nanti bisa dikembalikan di stasiun tempat dia akan turun," katanya.