Berkah Wajah-Wajah Baru di Kabinet Jilid II, IHSG Kinclong Hari Ini
Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,26 persen ke level 6.198 pada perdagangan hari ini, Senin (21/10). Pada pembukaan perdagangan hari ini, pasca Joko "Jokowi" Widodo dan Ma'ruf Amin dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden kemarin, IHSG juga dibuka menguat 0,26 persen.
Kepala Riset Infovesta, Wawan Hendrayana mengatakan, yang menyebabkan IHSG menguat hari ini karena pelaku pasar optimistis melihat wajah-wajah yang hari ini muncul ke Istana Negara, terutama founder Gojek, Nadiem Makarim.
"Paling tidak pasar masih optimistis melihat nama-nama yang hari ini muncul, seperti Nadiem ia rencananya kan akan jadi Menteri Ekonomi digital, besok masih ada juga," katanya saat dihubungi oleh IDN Times, Senin (21/10).
1. Ini sektor yang diuntungkan
Ia mengatakan, dalam pemerintahan jilid II Joko "Jokowi" Widodo, saham-saham di sektor kontruksi, properti dan keuangan akan diuntungkan. Hal itu lantaran, Jokowi akan fokus kepada Infrastruktur, investasi kualitas sumber daya manusia, dan penyederahaan regulasi.
"Kabar baik untuk emiten-emiten kontruksi karena mereka mengerjakan banyak proyek. Sektor properti dan kontruksi ini dianggap cukup aman lah, kalau penyederhaan regulasi, akan menguntungkan hampirr semua lini usaha. Nomor 1 yang diuntungkan keuangan kan butuh banyak pembiayaan," ucapnya.
Kendati begitu menurut Wawan, jika pemerintah tidak kuat dengan komitmennya, sektor-sektor tersebut akan merugi.
2. Saham Erick Thohir jadi top gainer
Jika melihat data RTI, saham PT Mahaka Media Tbk (ABBA)--salah satu perusahaan milik Erick Thohir, menjadi top gainer pada perdagangan hari ini. Hingga penutupan perdagangan, saham ABBA menguat 19,13 persen ke level 218 per saham.
Sekadar informasi, pagi tadi Erick Thohir juga mendatangi istana mengenakan pakaian putih. Ia juga disebut-sebut akan dilamar Joko "Jokowi' Widodo sebagai menteri di kabinet barunya.
3. Asing net sell, namun masih percaya investasi di Indonesia
Kendati IHSG menguat, jual bersih asing masih tercatat Rp58,09 miliar. Namun menurut Wawan, hal itu bukan karena asing tidak percaya berinvestasi di Indonesia melainkan karena mereka sedang mengalihkan portofolionya ke instrumen lain seperti Surat Utang Negara (SUN).
"Asing switching dari saham ke obligasi, saham turun tapi gak keluar ke Indonesia, mereka lebih banyak masuk ke SUN (Surat Utang Negara), buktinya sun yang di borong SUN jangka panjang 10 tahun," ucapnya.
Menurutnya, investor masih percaya bahwa Indonesia mampu membayar dalam jangka panjang, dengan memrikan imbal hasil yang menarik.
