Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bikin Risi, 5 Fakta tentang Fenomena Beg-Packer yang Sedang Marak

Unsplash/Steven Lewis
Unsplash/Steven Lewis

Akhir-akhir ini, istilah beg-packer jadi lumayan populer. Istilah itu adalah kombinasi kata-kata bahasa Inggris beg dan backpacker. Jadi, beg-packer adalah orang-orang yang traveling ke negara berkembang untuk liburan tanpa uang yang cukup.

Mereka sering mengamen bahkan mengemis dengan niat bahwa penduduk lokal akan mau membantu membiayai perjalanan mereka keliling dunia. Bagaimana itu bisa terjadi? Simak ulasannya!

1. Mereka tidak punya cukup uang

instagram.com/naseelvoici
instagram.com/naseelvoici

Tujuan bisnis pariwisata adalah agar turis datang membawa uang ke negara tujuan untuk menikmati liburan, dengan harapan ekonomi penduduk setempat tumbuh. Hal tersebut yang jadi alasan banyak negara, termasuk Indonesi, memberi akses yang mudah pada turis dari negara maju.

Dengan kebijakan tersebug, pemerintah ingin jumlah turis akan meningkat dan menambah pemasukan negara tujuan. Sayangnya, hal itu sering dimanfaatkan beg-packer yang tidak punya uang memenuhi keinginan pribadi dan menjadi beban negara tujuan mereka.

2. Mereka menganggap warga kulit putih punya derajat yang lebih tinggi

instagram.com/br8der
instagram.com/br8der

Jika kita melihat dari sudut pandang pasca-kolonialisme, laki-laki atau perempuan kulit putih yang mengamen dan mengemis untuk membiayai liburan adalah contoh privilese kulit putih.

Banyak pemuda kulit putih, baik laki-laki atau perempuan yang masih sehat mengenakan penutup mata dan menawarkan "pelukan" supaya diberi sumbangan.

Mereka mencoba mengambil keuntungan dari fakta bahwa banyak penduduk Asia, termasuk Indonesia, masih punya mental minder, hasil kolonialisme beratus-ratus tahun.

3. Tidak adil untuk penduduk lokal

instagram.com/pinaywanderess
instagram.com/pinaywanderess

Saat banyak orang-orang dari negara barat bisa dengan bebas masuk negara Asia, termasuk Indonesia, selagi mereka punya paspor dan tiket pulang-pergi, tapi penduduk lokal tidak punya privilese yang sama.

Jika orang Indonesia ingin masuk negara barat, mereka perlu mengajukan visa dan tidak gratis. Mereka juga harus menunjukkan uang yang dimiliki, tiket pulang-pergi, dan reservasi hotel. Tidak ada yang mudah dan sederhana tentang hal tersebut.

4. Kegiatan beg-packer melanggar hukum

instagram.com/hkbegpackers
instagram.com/hkbegpackers

Kegiatan beg-packer memang melanggar hukum. Pertama, banyak pemerintah coba menghapus praktik mengemis karena jadi masalah sosial. Tapi turis asing negara maju melakukan hal itu dan membebani negara tujuan.

Kedua, orang-orang yang datang dengan visa turis tidak diperkenankan mencari uang di negara tujuan. Selain itu, selama ini negara barat dianggap punya kesejahteraan lebih baik dibanding negara berkembang di Asia.

5. Para beg-packer punya mentalitas rendah

instagram.com/elquiqueleon
instagram.com/elquiqueleon

Banyak beg-packer menganggap keren jika traveling ke berbagai belahan dunia tanpa menghabiskan uang mereka sendiri. Mereka merasa itu adalah mentalitas milenial yang harus didukung. Tapi salah, pemerintah di negara tujuan mereka memang sepatutnya melarang praktik beg-packer.

Itulah lima fakta tentang fenomena beg-packer yang sedang marak akhir-akhir ini. Perlu kita ketahui agar tidak terseret dampak negatif yang ditimbulkannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Bayu Widhayasa
EditorBayu Widhayasa
Follow Us