Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lawan Kemiskinan, Inggris Gratiskan Produk Menstruasi Bagi Pelajar

Ilustrasi sejumlah siswi sekolah. unsplash.com/Jeffrey Lin
Ilustrasi sejumlah siswi sekolah. unsplash.com/Jeffrey Lin

London, IDN Times - Pemerintah Inggris mengumumkan peluncuran program pembalut gratis di seluruh sekolah dan kampus di negara tersebut pada minggu depan. Keputusan ini diambil untuk memerangi kemiskinan di Inggris yang berdampak terhadap para remaja perempuan saat mereka datang bulan.

Dikutip laman World Economic Forum, salah satu negara yang menjadi bagian dari Kerajaan Inggris, Skotlandia, sudah lebih dulu menjalankan inisiatif tersebut. Pada 2018, negara itu menjadi yang pertama di dunia yang menggratiskan seluruh produk menstruasi di sekolah dan universitas.

1. Tak hanya untuk membantu siswi miskin, tapi juga memudahkan remaja umumnya untuk beraktivitas

Ilustrasi sejumlah siswi sekolah. unsplash.com/Jeffrey Lin
Ilustrasi sejumlah siswi sekolah. unsplash.com/Jeffrey Lin

Dikutip dari The Independent, Departemen Pendidikan Inggris mengatakan upaya itu berguna untuk beberapa tujuan. Tak hanya meringankan para siswi tidak mampu, penggratisan pembalut memudahkan para remaja yang sedang menstruasi untuk tetap menjalankan aktivitas.

Pemerintah menilai dengan begitu, mereka tak perlu lagi absen ketika pelajaran hanya karena mendadak sedang haids dan harus mencari jalan keluar sendiri. Dengan dana pemerintah, setiap sekolah bisa meminta berbagai produk kebersihan khusus perempuan, termasuk yang ramah lingkungan.

2. Satu dari 10 perempuan muda tak mampu membeli pembalut

Ilustrasi seorang gadis remaja. unsplash.com/Hannah Busing
Ilustrasi seorang gadis remaja. unsplash.com/Hannah Busing

Berdasarkan studi Plan International pada 2017, satu dari 10 perempuan berumur 14 hingga 21 tahun tak bisa membeli pembalut. Sedangkan 12 persen lainnya harus menggunakan berbagai barang yang ada dalam keadaan darurat karena tidak memiliki pembalut.

Misalnya, mereka memakai kaos kaki, tisu hingga kertas, padahal ini adalah situasi yang sangat bisa dihindari. "Menstruasi adalah bagian normal sehari-hari dan kita tak mau anak-anak muda melewatkan pelajaran karena itu," ujar Menteri Keluarga dan Anak-anak Inggris Michelle Donelan.

"Kita tahu tak mudah bagi semua orang untuk mengakses produk-produk menstruasi di mana dan saat mereka memerlukannya," tambah Donelan. "Skema ini akan mengatasi masalah itu agar anak-anak muda bisa beraktivitas tanpa ketahuan sedang menstruasi secara mendadak, lupa membawa pembalut, atau tak mampu membelinya."

3. Ribuan siswi bolos sekolah karena tak bisa membeli pembalut

Ilustrasi dua remaja sedang bermain sepak bola. unsplash.com/Sheri Hooley
Ilustrasi dua remaja sedang bermain sepak bola. unsplash.com/Sheri Hooley

Sedangkan Rosamund McNeil, Asisten Sekretaris Jenderal Persatuan Pendidikan Nasional Inggris, mengatakan kepada The Guardian bahwa pada 2018 lalu ada lebih dari 137.000 siswi yang bolos sekolah karena menstruasi. "Tak boleh ada anak perempuan di Inggris yang melewatkan pendidikan karena tak mampu membeli produk-produk penting itu," kata dia.

Pemerintah pun menganggarkan sampai Rp355 miliar pada 2020 untuk mengakomodasi kebutuhan 1,7 juta pelajar perempuan secara nasional. Produk-produk itu akan dibeli dari pemasok komersial yang memenangkan kontrak saat tender dibuka oleh Departemen Pendidikan pada tahun lalu.

4. Sempat muncul petisi untuk menggratiskan pembalut pada 2014

Ilustrasi remaja-remaja perempuan sedang belajar. unsplash.com/Pocky Lee
Ilustrasi remaja-remaja perempuan sedang belajar. unsplash.com/Pocky Lee

Ide untuk menggratiskan pembalut di Inggris sesunguhnya bukan hal baru. Perdebatan tentang ini dimulai sejak beberapa tahun lalu. Pada 2014, seorang warga Inggris bernama Susannah Hunt membuat petisi di situs change.org yang berisi tuntutan agar pemerintah menyediakan pembalut secara cuma-cuma. Lebih dari 4.400 orang mendukung Hunt.

Ia menulis,"Kelompok-kelompok marginal pada 2014 punya lebih banyak hak dan kebebasan dibandingkan mereka beberapa dekade lalu. Semua orang bisa memakai hak pilih, mengurus alat kontrasepsi sendiri dan, sebagian besar, mendapat kesetaraan di tempat kerja. Tapi, satu yang tetap sama, orang-orang masih menstruasi dan masih harus membayar untuk sesuatu yang tak bisa mereka hindari."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Agung Itu Besar
EditorAgung Itu Besar
Follow Us

Latest in News

See More

Gempa Hari Ini 09/12/2025 bermagnitudo 5.4 di SINABANG-ACEH

09 Des 2025, 14:10 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

25 Nov 2025, 15:15 WIBNews