Lancarkan Tekanan, Juan Guaido Himbau Pelayanan Sipil Mogok Kerja

Tiba dengan selamat di Caracas, pada Senin (4/3/2019) siang waktu setempat, Juan Guaido langsung menekan rezim Nicolas Maduro langsung di jantung pemerintahan Venezuela. Hanya sehari setelah kembali dari lawatan 10 hari di negara-negara Amerika Selatan, sekaligus membuktikan ancaman penangkapan hanya pepesan kosong, tokoh oposisi tersebut kembali terlihat dalam unjuk rasa besar-besaran pada Selasa (5/9/2019) kemarin.
Berbarengan dengan masa Karnaval yang menjadi libur nasional, Guaido menemui puluhan ribu orang yang memadati sejumlah ruas jalan ibukota. Di depan massa, ia kembali mengajak masyarakat untuk menekan Maduro agar lengser dari jabatan yang diemban sejak 2013 silam. Permintaan Pilpres ulang, sekaligus menganulir hasil Pemilu setahun lalu, turut diapungkan.
1. Juan Guaido mengajak serikat pekerja sipil untuk melakukan mogok massal

"Mereka tenggelam dalam ilusi yang diciptakan sendiri, mereka bahkan tidak tahu cara menanggapi rakyat. Mereka mengira tekanan telah mencapai puncaknya, tapi sesungguhnya ini baru saja dimulai," tutur Guaido dalam sesi konferensi pers usai demonstrasi, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
Selain memimpin aksi protes, politisi 35 tahun tersebut juga menemui serikat pekerja lintas sektor publik membahas rencana pemogokan demi meningkatkan tekanan. Jika terwujud, publik akan melihat jutaan pegawai negeri bebas mengekspresikan rasa frustrasi atas krisis ekonomi terparah dalam sejarah Venezuela.
Saat disinggung perihal rencana penahanannya begitu menginjakkan kaki di Bandara Internasional Simon Bolivar, yang ternyata tidak terbukti, Guido hanya berseloroh jika seseorang tidak mengikuti perintah. Sebuah hal yang menarik lantaran perintah sanksi datang dari Mahkamah Agung dan Maduro sendiri.
2. Tekanan dari dalam negeri kian gencar dikirimkan kepada Nicolas Maduro

Dalam acara peringatan enam tahun mangkatnya Hugo Chavez, Maduro mengaku takkan diam melihat jabatannya kian dirongrong. "Minoritas yang gila itu dipenuhi dengan kebencian serta kepahitan mereka yang menjadi masalah mereka. Kami, selaku rekan senegara, takkan memperhatikan mereka," ucapnya seperti dilansir oleh BBC.
"Kita akan segera menghentikan mereka. Biarkan minoritas gila itu melanjutkan protes dengan segala kemarahan, kita takkan tergoyahkan. Untuk Chavez, kita akan melakukannya, demi sejarah hebat negara kita," tutur sosok 56 tahun tersebut dalam pidato dalam acara yang diadakan dalam barak militer.
Maduro sendiri berulang kali menyebut massa Guaido sebagai sekumpulan agen Barat yang berusaha menggulingkan pemerintahan sah. Selain itu, eks Wapres Chavez tersebut enggan mengakui jika krisis parah memang terjadi. Alhasil, ia pun mengusir rombongan yang hendak membawa masuk bantuan kemanusiaan, seperti yang terjadi pada akhir pekan silam di perbatasan Venezuela-Brasil.
3. Nicolas Maduro (Tengah) menghadapi gejolak politik terhebat sejak tahun 1999

Utusan AS untuk Venezuela, Elliott Abrams, pada hari Selasa (5/3/2019) turut mengatakan jika sulit melihat peran yang bakal diemban Maduro dalam pemilihan demokratis. Turut disebutkan bahwa pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap warga negara dan entitas non-AS yang terkait dengan pemerintahan Maduro.
"Kalau Maduro hendak mengubah Venezuela menjadi lebih demokratis, dia memang punya kesempatan untuk melakukannya, tetapi dia memilih tidak melakukan apa-apa," tandas Abrams seperti dikutip dari Reuters.
Sebagai ketua Majelis Nasional (setingkat DPR) yang dikuasai kubu oposisi gabungan, Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada Januari kemarin, setelah lembaga legislatif menyatakan pembatalan terpilihnya kembali Maduro tahun lalu.



















