Komandannya Ikut Tewas, Irak Disebut Sepakat Redakan Tensi dengan AS

Washington DC, IDN Times - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkap kepada media bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Irak untuk menurunkan tensi di Timur Tengah.
Ini menyusul serangan udara Amerika Serikat ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1) yang menewaskan pemimpin Korps Garda Revolusi Islam (IGRC) Jenderal Qassem Soleimani. Serangan itu turun mencabut nyawa komandan milisi Irak (PMF) bernama Abu Mahdi al-Muhandis.
1. Pembicaraan dilakukan antara Menlu Amerika Serikat dan Ketua Parlemen Irak

Dalam pernyataan resmi yang dilansir Reuters, Departemen Luar Negeri menyatakan bahwa Mike Pompeo telah berbicara dengan Ketua Parlemen Irak, Mohammed al-Halbousi, pada hari yang sama ketika Soleimani dinyatakan tewas oleh Pentagon.
Keduanya disebut setuju bahwa krisis di kawasan sudah harus direduksi. "Menteri Luar Negeri mengungkapkan apresiasi kepada kemitraan yang terus-menerus oleh al-Halbousi dengan Amerika Serikat," tulis pernyataan itu. "Menlu Pompeo dan Ketua Parlemen al-Halbousi sepakat soal pentingnya menurunkan tensi di Irak dan kawasan."
2. PBB meminta para pemimpin dunia menahan diri

Sementara itu Wakil Juru Bicara PBB, Farhan Haq, menyampaikan pesan kepada para pemimpin dunia untuk tidak bertindak gegabah dalam merespons krisis Amerika Serikat dan Iran ini. Dalam pernyataan resmi yang diunggah di situs PBB, Haq menyerukan adanya de-eskalasi konflik.
"Sekretaris Jenderal [Antonio Guterres] secara konsisten mengadvokasi de-eskalasi di kawasan Teluk. Dia sangat khawatir dengan eskalasi yang baru terjadi," kata Haq. "Ini adalah saat di mana para pemimpin harus menahan diri secara maksimal. Dunia tak mampu menyaksikan perang lagi di kawasan Teluk."
3. Pompeo mengatakan pembunuhan Soleimani didasarkan pada "asesmen intelijen"

Sedangkan dalam wawancara dengan stasiun TV Fox News, Pompeo mengklaim jenderal berusia 62 tahun tersebut sedang merencanakan serangan yang membahayakan warga Amerika Serikat di Timur Tengah. Hanya saja, ia menolak untuk menjelaskan mengenai serangan yang dituduhkan.
Pompeo hanya mengatakan bahwa serangan udara dengan tujuan membunuh Soleimani itu "didasarkan pada asesmen intelijen". Ia pun tidak mau mendiskusikan tentang isi dari laporan intelijen yang dimaksud dan telah sejak berapa lama dilakukan.
4. Israel mendukung keputusan Amerika Serikat

Dukungan pun datang dari Israel selaku aliansi Amerika Serikat di Timur Tengah. "[Donald] Trump layak mendapatkan pujian penuh karena bertindak dengan secara teguh, kuat dan lincah," tutur Netanyahu, seperti dilansir dari Times of Israel. "Kami mendukung penuh Amerika Serikat dalam pertempurannya demi keamanan, perdamaian dan pembelaan diri."
"Israel punya hak untuk membela diri. Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Soleimani bertanggung jawab atas kematian warga Amerika Serikat dan nyawa tak berdosa lainnya. Dia sedang merencanakan serangan-serangan berikutnya."
5. Trump menilai Soleimani memang pantas dihabisi

Dalam serangkaian cuitan, Trump menyebut banyak warga Iran yang sebenarnya senang dengan kematian Soleimani. Ini seperti menyindir ribuan warga Iran yang turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan Soleimani oleh Amerika Serikat.
"Jenderal Qassem Soleimani telah membunuh atau melukai dengan para ribuan warga Amerika Serikat selama beberapa waktu lamanya, dan sedang merencanakan untuk membunuh lebih banyak lagi...tapi ketahuan!" cuit Trump, tanpa merinci tudingan.
"Dia bertanggung jawab secara langsung dan tidak langsung atas kematian jutaan orang, termasuk banyaknya pengunjuk rasa yang terbunuh di Iran belakangan ini. Sementara itu takkan pernah benar-benar mengakui, Soleimani dibenci sekaligus ditakuti dalam negara itu."
"Mereka tidak sungguh-sungguh sedih seperti yang para pemimpin mereka ingin dunia luar percaya. Dia seharusnya dihabisi bertahun-tahun yang lalu!" tambahnya.



















