ISIS mengklaim tindakannya atas serangan yang terjadi di Tunisia. Serangan tersebut menewaskan 12 orang pengawal presiden yang berada di bus dalam perjalanan menuju Istana Presiden yang ada di pinggir kota. Dilansir CNNIndonesia.com, mereka juga mengirimkan foto pelaku pengemboman, seorang pria yang menggunakan surban serta jubbah putih. Melalui pernyataan tersebut pelaku diketahui bernama Abu Abdyllah Tounsi, seorang warga Tunisia.
Tunisia dikenal sebagai negara sekuler di Arab dan sering menjadi target serangan militer setelah tergulingnya Zine Abidine Ben Ali dari kursi kepresidenan pada revolusi tahun 2011. Kelompok ISIS diketahui juga berkembang subur di wilayah timur Tunisia. Serangan ini menjadi serangan terbesar ketiga yang terjadi pada tahun 2015. Sebelumnya terjadi serangan yang membunuh 28 wisatawan asing di hotel pinggir pantai di Sousse dan pada Mare 21 terjadi serangan di Museum Bardo, Tunisia.
Pelaku diduga meledakan diri menggunakan bom plastic Semtex yang berasal dari Libya. Setelah terjadi peristiwa ini status darurat di Tunisia kembali di aktifkan. Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi membatalkan kunjungan kerjanya ke Eropa serta menerapkan jam malan hingga hari rabu (25/11) kemarin. Status darurat akan diaktifkan untuk sebulan kedepan. Tunisia direncanakan akan menutup perbatasannya dengan Libya selama 15 hari dan merekruit tambahan pasukan kemamanan hingga 6000 orang.
