Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polisi Beberkan Kendala Memburu Teroris Ali Kalora Cs di Sulteng

Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) membeberkan alasan mengapa pihaknya membutuhkan waktu lama untuk menangkap teroris Ali Kalora Cs. Salah satu alasannya adalah masyarakat di Sulawesi Tengah (Sulteng) lebih takut dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), daripada memberikan informasi kepada polisi.

Asisten Operasi (Asops) Polri Irjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan, hal itu menjadi salah satu kendala Satuan Tugas  (Satgas) Tinombala dalam menggali informasi terkait pergerakan Ali Kalora cs.

"Masyarakat di sana lebih takut sama mereka daripada memberi informasi ke kami (aparat TNI-Polri). Ini yang sedang kami pindah ke masyarakat, memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa kita akan melindungi masyarakat yang ada di sana," jelas Rudy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/3).

1. Ali Kalora Cs bersembunyi di pegunungan

Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Rudy mengungkapkan, Ali Kalora Cs bersembunyi di kawasan pegunungan yang berdekatan dengan tempat tinggal masyarakat di sana. Hal itulah yang menurut Rudy membuat masyarakat ragu-ragu menyampaikan informasi kepada polisi.

"Karena kan mereka (kelompok teroris) di atas gunung, masyarakat berkebun dan polisinya itu nggak semuanya ada di kebun. Kami nggak bisa jaga masyarakat, dari masyarakat juga ragu-ragu memberikan informasi," ungkap Rudy.

2. Kelompok Ali Kalora selalu berpindah lokasi

Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Selain itu, kata Rudy, pergerakan kelompok Ali Kalora selalu berpindah dari satu gunung ke gunung lainnya.

"Dari Poso Pesisir Selatan, Poso Pesisir Utara hingga terakhir diketahui masuk Parigi Moutong. Kemungkinan di bagi dua kelompok dengan kelompok kecil, tapi masih bisa saling melihat dan memberi tanda," jelas Rudy.

3. Pencarian terkendala medan yang sulit

Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Konferensi Pers di Mabes Polri (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Tidak hanya itu, kendala pencarian kelompok MIT menurut Rudy adalah masalah klasik yaitu medan yang sulit.

“Mereka lebih menguasai medannya. Sementara satuan yang bertugas itu gantian enam bulan sekali. Ketika baru menguasai medan, dia waktunya terbatas harus berpindah,” kata Rudy. 

4. Kekuatan MIT semakin berkurang

SS-2 V2
SS-2 V2

Meski begitu, Rudy mengaku kekuatan anggota kelompok MIT semakin berkurang, usai baku tembak Satgas Tinombala.

“Kekuatan mereka saat ini hanya tinggal ini senjatanya M16 sisa dua. Senjata pendeknya ada dua revolver,” katanya.

5. Pasukan Satgas dinilai cukup untuk menangkap Ali Kalora Cs

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Rudy mengungkapkan, belum ada rencana untuk menambah jumlah pasukan Satgas Tinombala untuk menangkap Ali Kalora cs.  

"Sampai saat ini tidak (ada penambahan personel) dan situasi terkendali. Dan kami masih sanggup. Operasi Tinombala terdiri dari Polda Sulteng 3 satuan setingkat kompi, dari Mabes Polri 1 satuan setingkat kompi, dan dari TNI 2 satuan setingkat kompi," ujarnya.

6. Satgas Tinombala tembak mati Ba'asyir di Poso

Ilustrasi TNI kontak senjata
Ilustrasi TNI kontak senjata

Sebelumnya, polisi menembak salah satu anggota kelompok teroris MIT yang teridentifikasi atas nama Ba'asyir alias Romzi. Rudy mengatakan, Ba'asyir tewas dalam baku tembak dengan Satgas Tinombala di Desa Padopi, Poso Pesisir Selatan, Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Benar pada kemarin jam 17.15 Satuan Operasi Tugas Tinombala di Poso telah melakukan kontak tembak dengan kelompok MIT. Dalam kejadian kontak tembak tersebut, tertembak 1 orang DPO Ba'asyir alias Rombi yg termasuk DPO yang lama," ujarnya dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/3) siang.

Rudy menjelaskan, Ba'asyir merupakan DPO yang diburu sejak 2012, dimana saat itu Rudy masih menjadi Kapolda Sulteng. Ba'asyir, kata Rudy, merupakan rekrutan yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Termasuk DPO lama, di bawahnya Ali Kalora yang belum tertangkap sejak saya jadi Kapolda sampai dengar hari ini baru tertangkap, tertembak. Diduga berasal dari Bima," jelas Rudy.

Rudy menambahkan, Satgas Tinombala juga berhasil mengamankan satu pucuk senjata laras panjang M-16 dari tangan Ba'asyir.

Selain itu, Rudy melanjutkan, polisi berhasil menangkap satu DPO lainnya dengan keadaan hidup yang bernama Aditya. Kini, tersangka itu masih menjalani pemeriksaan intensif oleh Satgas Tinombala dan ditahan di Polda Sulteng. Pemeriksaan itu dilakukan untuk menggali informasi penting terkait kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.

Share
Topics
Editorial Team
Axel Joshua Harianja
EditorAxel Joshua Harianja
Follow Us

Latest in News

See More

Gempa Hari Ini 21/12/2025 bermagnitudo 5.6 di JAILOLO-MALUT

21 Des 2025, 19:30 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

25 Nov 2025, 15:15 WIBNews