Penutupan Patung Dewa di Tuban Jadi Sorotan Media Internasional

Berdirinya patung dewa Kwan Sing Tee Koen di lingkungan Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban ternyata menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Hal ini kemudian memicu protes di beberapa tempat di Indonesia. Menyikapi hal itu, pengelola pun berinisiatif untuk megambil langkah menutup sementara patung setinggi 30 meter itu dengan kain putih.

Ternyata, polemik patung Kwan Kong tersebut juga telah menyita perhatian media-media internasional. Beberapa media bahkan mengatakan bahwa hal ini dapat menjadi ancaman bagi keberagaman Indonesia.
Dari NY Times hingga ABC.

Media besar Amerika Serikat, New York Times memberitakan bahwa penutupan ini adalah buntut dari demonstrasi sekelompok orang yang menginginkan patung tersebut dibongkar. Sementara kantor berita AS lainnya, Voice of America (VOA), kelompok yang kontra atas keberadaan patung berpendapat bahwa keberadaan patung tersebut sangat tidak sesuai dengan budaya setempat, di samping permasalahan ijin bangunan.
Lain halnya dengan kantor berita ABC asal Australia yang memberitakan bahwa penutupan patung dengan kain putih itu diusulkan oleh Kapolres Tuban, Fadly Samad. “Saya berkordinasi dengan pengelola untuk meredakan situasi, bukan karena tekanan dari pihak manapun tapi untuk menjaga keamanan,” ungkapnya.
Kontroversi di masyarakat.

Polemik patung tersebut tentu menjadi perbincangan hangat di tengah isu keberagaman yang melanda Indonesia. Tak sedikit pihak yang mendukung adanya patung tersebut, namun juga banyak yang menginginkan patung tersebut tidak berdiri. “Sentimen anti-Tionghoa menjadi semakin kuat. Yang dikhawartirkan adalah sentimen ini dapat digunakan oleh politisi di masa mendatang,” ujar Aan Anshori, Koordinator Jaringan Muslim Anti-Diskriminasi Jawa Timur.
Sementara itu, Didik Muadi, koordinator demonstrasi penolakan patung mengatakan bahwa umat muslim akan merobohkan sendiri jika pemerintah tidak ambil tindakan. “Sebenarnya, kami memperbolehkan mereka untuk membuat patung tersebut, hanya saja jangan setinggi itu dan hanya di dalam tempat ibadah saja, jangan di luar. Kami ini toleran,” ujar Didik.



















