PA 212 Gelar Aksi Bela Muslim Uighur di Depan Kedubes Tiongkok

Jakarta, IDN Times - Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan menggelar aksi unjuk rasa di kantor Kedutaan Besar Tiongkok, Jalan Mega Kuningan No 2, Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan, Jumat (27/12).
Tujuan unjuk rasa tersebut untuk mendesak pemerintahan Tiongkok menghentikan dugaan tindak kekerasan pada Muslim Uighur di Xinjiang, Tiongkok. Diskriminasi dan kekerasan pada Muslim Uighur diduga sudah berlangsung bertahun-tahun.
1. Unjuk rasa akan digelar usai salat Jumat

Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif membenarkan dan unjuk rasa akan digelar setelah menunaikan salat Jumat.
“Jadi,” ucap Slamet saat dikonfirmasi IDN Times, Kamis (26/12).
2. Unjuk rasa akan dihadiri ribuan peserta

Unjuk rasa ini mengangkat tema Aksi Peduli Muslim Uighur, Kepung Kedubes Tiongkok. Demonstrasi ini diklaim akan dihadiri ribuan umat Muslim.
“Prediksi massa yang hadir kurang lebih 10ribu,” ujar Slamet.
3. PA 212 mendesak pemerintah membantu mengatasi konflik kemanusiaan Muslim Uighur

Dalam poster yang beredar di kalangan awak media, PA 212 mendesak pemerintah Indonesia agar tidak diam menanggapi konflik kemanusiaan di Uighur.
PA 212 juga menyatakan, keimanan umat Islam tidak bisa dibeli negara mana pun, termasuk pemerintah Tiongkok.
4. The Wall Street Journal menuding pemerintah Tiongkok 'membungkam' ormas Islam di Indonesia

Media asal Amerika Serikat, The Wall Street Journal (WSJ) merilis sebuah artikel investigatif yang menyebut belasan tokoh Islam Indonesia mendapat 'endorsement' dari Pemerintah Tiongkok, supaya pemberitaan mengenai konflik antara Muslim Uighur dan pemerintah Tiongkok lebih lembut.
Dalam artikel berjudul How China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps itu, WSJ mengulas bahwa sejumlah pimpinan ormas Islam dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama meredakan kecaman mereka, terhadap dugaan penindasan Muslim Uighur oleh Pemerintah Tiongkok.
"Indonesia berada di garis terdepan dari upaya China untuk membentuk opini publik. Selama berbulan-bulan, China telah berupaya membujuk para ulama, politisi, dan jurnalis untuk mendukung kebijakannya di Xinjiang dan mendorong social-media influencers untuk mempromosikan pandangan yang lebih baik tentang China dan menampilkan budaya Islam di negara itu," demikian seperti ditulis WSJ.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb



















