Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro ditemui di Gedung BPPT II, Jakarta Pusat Selasa (19/11) IDN Times/Margith Juita Damanik
Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro ditemui di Gedung BPPT II, Jakarta Pusat Selasa (19/11) IDN Times/Margith Juita Damanik

Jakarta, IDN Times - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat solusi dengan melakukan modifikasi cuaca yang tujuannya untuk mengurangi curah hujan di daerah Jadebotabek. Hal itu berfungsi untuk mencegah agar wilayah Jadebotabek tak lagi terendam banjir. 

Menanggapi hal itu, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, teknologi modifikasi cuaca seharusnya juga mampu mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). 

"Di situlah peran Teknologi Modifikasi Cuaca dengan membuat awan yang tadinya tidak berpotensi hujan bisa menurunkan hujan. Dan (teknologi itu) bisa meredam hotspot yang barang kali akan berkembang menjadi kebakaran hutan yang lebih luas," katanya di Gedung BPPT, Jakarta Pusat pada Jumat (3/1).

Lalu, bagaimana proses mengurangi curah hujan dengan menggunakan TMC ini? Menurut BNPB, proses TMC dimulai secara resmi pada hari ini hingga situasi dinyatakan kondusif. 

1. Masyarakat diminta tak sekedar mengeluh saat menghadapi bencana

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Dalam pertemuan di gedung BPPT, Bambang mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi tinggi bencana. Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk tidak sekedar mengeluh ketika bencana datang. 

"Kita harus belajar dari negara lain bagaimana caranya hidup menjalankan kegiatan sehari-hari. Ekonomi berjalan tanpa hambatan meskipun daerah tempat kita tinggal itu adalah daerah yang rawan bencana," kata Bambang. 

Ia kemudian mencontohkan negara Jepang yang sering dihantam gempa justru masyarakatnya sudah memiliki kesadaran yang tinggi dalam menghadapi bencana. 

"Kita juga sadar sebagai negara dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan. Di setiap musim itu selalu ada potensi bencana yang terkait hidrometeologi," katanya lagi. 

Bambang berharap, adanya tekonogi tersebut bisa membantu menurunkan potensi bencana alam maupun korban jiwa.

"Mudah-mudahan dengan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan memberikan garam kepada awan tersebut, maka hujan yang tadinya barang kali harusnya turun di daerah penduduk, bisa diturunkan terlebih dahulu di lautan atau yang tidak ada penduduk," kata pria yang sempat menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu. 

2. BPPT gelar Teknologi Modifikasi Cuaca untuk menanggulangi banjir

Kepala BPPT, Hamman Riza (IDN Times/Axel Joshua Harianja)

BPPT membuat solusi dengan melakukan reduksi curah hujan agar banjir di wilayah Jadebotabek bisa diredam. Kepala BPPT, Hamman Riza mengatakan operasi TMC sejak sudah dimulai sejak Jumat pagi tadi. 

Untuk melakukan itu, BPPT menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika serta TNI Angkatan Udara (AU) dalam menggelar operasi tersebut.

"Ya modifikasi cuaca itu seperti sebuah proses untuk mempercepat terjadinya hujan. Jadi menyemai awan agar hujan cepat datang. Kami akan melakukan cloudseeding di daerah-daerah untuk mengantisipasi datangnya hujan yang lebat sebelum masuk ke Jabodetabek," ujar Hamman. 

3. Proses penyemaian dilakukan menggunakan pesawat

ilustrasi (IDN TImes/Sidratul Muntaha)

Dalam proses penyemaian, BPPT menggunakan pesawat jenis CASA 212-200 dengan registrasi A-2105 milik TNI Angkatan Udara dari skadron Udara 4 Abdurrachman Saleh Malang dan CN-295 registrasi A-2901 dari Skadron Udara 2 Halim Perdanakusumah Jakarta. Untuk pesawat CN-295 mampu menampung garam mencapai 2,4 ton. Sedangkan CASA 212-200 bisa menampung 800kg garam.

"Nah, dengan kita melihat prakiraan cuaca tersebut maka pesawat akan terbang dan menyemai awan tersebut. Sehingga, hujan tidak jatuh di Jabodetabek, tapi sebelum di jabodetabek," kata Hamman. 

Ia melanjutkan mencegah awan agar menurunkan hujan di Selat Sunda, sehingga curah hujan di Jadebotabek bisa berkurang. 

"Kita juga tidak akan kebanjiran akibat debit atau volume air yang besar seperti yang kita alami dua tiga hari lalu," tutur dia lagi. 

4. Penyemaian awan dilakukan sesuai kebutuhan

Ilustrasi hujan (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Penyemaian awan itu kata Hamman, akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Hal itu juga melihat apakah ada awan cumulonimbus (CB).

"Sesuai kebutuhan. Awan itu kalau ada baru bisa kami semai. Gak ada awan (cumulonimbus) ya gak bisa kami semai. Ini biasanya, garam ini semua kami semai dan bisa menghasilkan sekian juta kubik air hujan," ucapnya.

Lebih lanjut, saat ditanyai bagaimana proses kerja TMC hari ini, Hamman belum dapat berkomentar lebih jauh.

"Belum (tahu). (Tapi) kalau kita lihat monitoring alhamdulilah sampai sekarang belum hujan," ujarnya.

Editorial Team