Sebenarnya, masalah ini menjadi kepentingan bagi semua orang dan merupakan tugas semua orang untuk menghapuskannya. Apapun ideologinya, baik itu konservatif maupun liberal, tetap saja banyak ditemukan kasus-kasus pelecehan seksual di kalangan buruh, mahasiswa, maupun pelajar, sampai pada ranah yang terjadi pada profesor, pada perempuan, bahkan pada posisi kuasa yang besar.
“Saya yakin, teman-teman yang sering dilabeli sebagai 'yang konservatif' tidak ada yang peduli dengan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual terhadap perempuan. Sebagai jurnalis, saya harus mendukung,” ujar Evy Mariani.
Kabar baiknya adalah pers di kampus sudah mulai berani untuk meliput kasus-kasus seperti ini yang bahkan sulit diliput oleh media mainstream. Menurutnya, penting untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa media itu memang harus berpihak kepada korban. Ada keberpihakan karena ada relasi kuasa yang timpang.
“Saya senang sekali ada project 'Nama Baik Kampus' yang merupakan kolaborasi media mainstream (Tirto, Vice ID, Jakarta Post, BBC Indonesia). Kita masih menunggu UGM untuk menunjukkan itikad baik keberpihakan terhadap kasus kekerasan seksual,” pungkas Evy.