Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jadi Google Doodle, Taman Nasional Lorentz Punya 5 Fakta Unik Ini

Google Earth
Google Earth

Jakarta, IDN Times - Laman mesin pencarian Google menampilkan doodle Lorentz National Park atau Taman Nasional Lorentz yang terletak di Provinsi Papua. Taman seluas 2,4 juta hektare itu menjadi taman nasional terbesar di Asia Tenggara.

Google merayakan Taman Nasional Lorentz, karena hari ini, Rabu (4/12) sebagai hari berdirinya taman luar biasa ini. Goole Doodle menampilkan gambar gunung, laut, pepohonan, dan burung, yang menggambarkan taman nasional ini.

Kondisi geografis yang sulit dijangkau masyarakat umum, menjadikan alam di Taman Nasional Lorentz masih alami, karena jarang dijelajahi wisatawan. Bahkan, taman ini sudah diakui sebagai taman warisan dunia.

1. Nama Lorentz berasal dari penjelajah asal Belanda

Google Doodle
Google Doodle

Nama taman nasional ini diambil dari seorang penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz, yang melewati daerah tersebut pada 1909. Saat itu, Lorentz sudah melakukan ekspedisinya yang ke-10 di taman warisan dunia ini.

2. Memiliki banyak kekayaan hayati terlengkap

Google Earth
Google Earth

Banyak tanaman asli, hewan, dan budaya, serta belum banyak dijelajahi, menjadikan Taman Nasional Lorentz diterima sebagai situs warisan dunia Unesco pada 1999.

Di sekitar wilayah taman ini juga terdapat persediaan mineral, dan operasi pertambangan berskala besar. Ada juga proyek konservasi inisiatif masyarakat, untuk konservasi komunal dan ekologi warisan yang berada di sekitar Taman Nasional Loretz.

Lorentz juga menjadi salah satu taman nasional yang paling beragam secara ekologis di dunia. Satu-satunya cagar alam di kawasan Asia-Pasifik yang mengandung berbagai ekosistem altitudinal lengkap mulai dari wilayah laut, hutan bakau, hutan rawa pasang surut dan air tawar.

Taman ini juga memiliki hutan hujan dataran rendah dan pegunungan, dan gletser khatulistiwa. Pada 4884 meter, Puncak Jaya (sebelumnya Carstensz Pyramid) adalah gunung tertinggi antara Himalaya dan Andes.

3. Belum semua wilayah dijelajahi wisatawan

Google Earth
Google Earth

Taman Lorentz mengandung banyak wilayah yang belum dipetakan dan belum dijelajahi, dan dipastikan mengandung banyak spesies tanaman dan hewan yang belum diketahui ilmu pengetahuan Barat. Pengetahuan etnobotani dan etnozoologi masyarakat lokal tentang biota Lorentz juga masih sulit didokumentasikan.

Sejak 2003 hingga kini, WWF Indonesia di Papua sedang memetakan wilayah adat di kawasan Taman Nasional Lorentz. Pada 2003 hingga 2006, WWF juga melakukan pemetaan di wilayah Taman Nasional Lorentz yang terletak di distrik atau Kecamatan Kurima, Kabupaten Yahukimo.

Tak hanya itu, pada 2006 hingga 2007 WWF juga kembali melakukan pemetaan di Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat.

4. Taman Nasional Lorentz memiliki 630 spesies burung

(Ilustrasi) Pixabay/Lolame
(Ilustrasi) Pixabay/Lolame

Taman Nasional Lorentz diperkirakan memiliki 630 spesies burung yang terdokumentasi --sekitar 95 persen dari jumlah total spesies burung di Papua, dan 123 spesies mamalia. Termasuk dua spesies Kasuari, 31 spesies Merpati, 500 spesies Kakatua, 60 spesies Pekakak dan 145 spesies Matahari.

Enam spesies burung endemik di pegunungan salju dan 26 spesies endemik juga ada di taman nasional ini, sementara tiga spesies endemik di dataran rendah Papua bagian selatan. Spesies yang terancam seperti Kasuari, tikus wol Alpine, merpati bermahkota, burung beo Pesquet, itik Salvadori dan lebah madu raksasa Macgregor juga ada di taman sini.

5. Memiliki ragam budaya etnis

Bentuk salah satu kesenian Papua yang terbuat dari kulit kayu. (IDN Times/Naufal Al Rahman)
Bentuk salah satu kesenian Papua yang terbuat dari kulit kayu. (IDN Times/Naufal Al Rahman)

Selain aneka ragam kekayaan hayati, Taman Nasional Lorentz juga memiliki budaya. Dalam area taman nasional ini diperkirakan telah dihuni selama lebih dari 25 ribu tahun. Hutan Lorentz meliputi tanah tradisional dari delapan kelompok etnis asli, termasuk Asmat, Emuge, Dani, Sempan, dan Nduga. Perkiraan populasi suku-suku ini bervariasi, antara 6.300 dan 10.000 jiwa.

Share
Topics
Editorial Team
Rochmanudin
EditorRochmanudin
Follow Us

Latest in News

See More

5 Skincare Lokal dengan Kandungan Squalane, Bisa Perkuat Skin Barrier!

12 Sep 2025, 14:48 WIBNews
aAL248skpp.png

Artikel news nasional

12 Sep 2025, 14:37 WIBNews
pribadi

Artikel bludru

04 Sep 2025, 08:59 WIBNews
dewd

artikel BARU tampil

12 Agu 2025, 13:46 WIBNews
Nulla facilisi

Artikel BARU!

12 Agu 2025, 13:08 WIBNews
Frame 1000004504.png

artikel news indonesia 2025

31 Jul 2025, 15:07 WIBNews
koneksi bapuk

coba tes jam cuy

21 Jul 2025, 00:00 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

18 Jul 2025, 09:28 WIBNews
9wapwl.jpg

tes jam new york

17 Jul 2025, 23:00 WIBNews
Asperiores eius quia ubah

Testing Artikel test

02 Jul 2025, 10:11 WIBNews
iamge

Artikel community nasional

01 Jul 2025, 10:48 WIBNews