Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

54 Tahun G30SPKI, Ini Kisah Pierre Sang Ajudan Jenderal AH Nasution

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin
(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Jakarta, IDN Times - Hari ini tepat 54 tahun peringatan peristiwa kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) pada enam Pahlawan Revolusi atau lebih dikenal dengan G30SPKI. Selain keenam jenderal, ada seorang perwira TNI muda dan tampan bernama Pierre Andries Tendean.

Pierre rela mati demi melindungi Jenderal AH Nasution, dengan mengaku sebagai Nasution ketika pasukan Cakrabirawa mencari sang Jenderal di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Pierre Tendean kecil dikenal suka dengan militer, sebelum akhirnya masuk ke pendidikan militer. Pierre merupakan pemuda berdarah Prancis dan Minahasa yang lahir di Jakarta. Yuk kenali lebih jauh sosok Pierre kecil seperti dinukil dari buku Pierre Tendean karya Masykuri dari laman repositori.kemdikbud.go.id.

1. Pierre Tendean keturunan Prancis dan Minahasa

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin
(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Pierre Tendean yang bernarma lengkapnya Pierre Andries Tendean, dilahirkan di rumah sakit CBZ, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada 21 Februari 1939.

Ayahnya, Dr AL Tendean, yang ketika itu bekerja di rumah sakit tersebut berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. lbunya seorang keturunan Belanda-Prancis. ltulah sebabnya ia diberi nama Prancis "Pierre".

Pierre Tendean merupakan satu-satunya anak laki-laki dari keluarga AL Tendean. Ia mempunyai dua saudara kandung. Kakaknya perempuan bernama Mitze Farre, yang lahir pada 30 Desember 1933, sedangkan adiknya bernama Rooswidiati yang lahir di Megelang, Jawa Tengah.

2. Pierre kecil hidup sederhana di Cisarua

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin
(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Ketika Pierre berumur setahun, ayahnya dipindahkan dari Jakarta ke Tasikmalaya, Jawa Barat. Tak lama sesudah bertugas di sana, AL Tendean jatuh sakit, hingga perlu perawatan di Sanatorium Rumah Sakit Cisarua. Seluruh keluarganya ikut pindah ke sana. Setelah sembuh ia tetap tinggal di Cisarua, dan bekerja di rumah sakit tersebut.

Keluarga AL Tendean hidup sederhana, karena hanya mengandalkan gaji dari pemerintah, tidak membuka praktik di luar. Di daerah pegunungan itu mereka tinggal di rumah sederhana, namun sejuk dan nyaman, karena sang ibunda rajin menanami halamannya dengan bunga.

Menjelang kedatangan tentara Jepang di Tanah Air, keluarga Tendean pindah ke Magelang. Di Magelang, AL Tendean menjabat sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di kota inilah Pierre Tendean melewati masa kanak-kanak hingga menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya.

3. Pierre kecil juga suka menolong teman-temannya

(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu
(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Di dalam maupun di luar sekolah, Pierre sangat disayangi teman-temannya, karena sifatnya yang ramah. Pierre juga dikenal tak suka membeda-bedakan teman. Ia pandai bergaul dengan baik dengan teman seusianya.

Pada era penjajahan Jepang dan permulaan Revolusi Kemerdekaan, keadaan perekonomian Bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Terutama dirasakan oleh pegawai-pegawai pemerintah, termasuk keluarga AL Tendean.

Kendati, keluarga AL Tendean tidak mau bekerja sama dengan Jeping, maupun Belanda yang ingin menanamkan penjajahannya kembali di Tanah Air. Pada zaman Revolusi Kemerdekaan, keluarga AL Tendean diam-diam membantu obat-obatan para gerilyawan.

lbunya Pierre giat mengumpulkan dana dari para simpatisan guna membantu pemuda-pemuda yang sedang bergerilya. Pierre yang pada waktu itu masih duduk di bangku sekolah dasar, telah memperlihatkan sifat tanggung-jawabnya terhadap masyarakat sekitarnya.

Ketika libur sekolah, Pierre suka membantu teman-temannya pergi ke sawah mencari siput, untuk menambah lauk-pauk di rumah orangtua mereka. Untuk mengurangi beban keluarganya, Pierre kecil juga gemar menanami tanah kosong di sekitar rumahnya dengan singkong, ubi, pepaya, dan sayur-sayuran.

Kakaknya, Mitze Farre, menyebutkan Pierre sejak kecil hingga akhir hayatnya merupakan anak yang sederhana dalam segala hal. Dia rajin dan tekun, serta tidak manja, meskipun menjadi satu-satunya anak laki-laki di keluarganya.

Di sekitar rumah keluarga AL Tendean di Magelang itu terdapat sungai kecil. Pierre gemar sekali berenang dan bermain-main di sungai itu. Warna air sungai yang kecokelatan karena kotor, membuat orangtua Pierre melarangnya bermain di sungai itu.

Meski dilarang, Pierre tetap bermain di sungai itu. Kelak, kepandaiannya berenang itulah yang akan menyelamatkan dirinya dari pengejaran tentara Inggris saat misi intelijen di Malaysia.

Share
Topics
Editorial Team
Anabel Yevina Mulyadi Wahyu
EditorAnabel Yevina Mulyadi Wahyu
Follow Us

Latest in News

See More

5 Skincare Lokal dengan Kandungan Squalane, Bisa Perkuat Skin Barrier!

12 Sep 2025, 14:48 WIBNews
aAL248skpp.png

Artikel news nasional

12 Sep 2025, 14:37 WIBNews
pribadi

Artikel bludru

04 Sep 2025, 08:59 WIBNews
dewd

artikel BARU tampil

12 Agu 2025, 13:46 WIBNews
Nulla facilisi

Artikel BARU!

12 Agu 2025, 13:08 WIBNews
Frame 1000004504.png

artikel news indonesia 2025

31 Jul 2025, 15:07 WIBNews
koneksi bapuk

coba tes jam cuy

21 Jul 2025, 00:00 WIBNews
gallery keenam

Artikel revised [edit LAGI]

18 Jul 2025, 09:28 WIBNews
9wapwl.jpg

tes jam new york

17 Jul 2025, 23:00 WIBNews
Asperiores eius quia ubah

Testing Artikel test

02 Jul 2025, 10:11 WIBNews
iamge

Artikel community nasional

01 Jul 2025, 10:48 WIBNews