Bila Aku Bersanding Dengan Putramu Kelak, Maukah Engkau Menerimaku Juga Sebagai Anak?

"Dengan segala keterbatasan yang kupunya, sudikah kiranya ibu menerimaku dengan tangan terbuka?"
Mengeryitkan dahi sambil bertanya dalam hati apa maksudku mengirim surat tentu akan jadi reaksi ibu saat menerima surat ini. Sengaja aku menitipkan pada putra kesayangan ibu, agar aku yakin dirimu pasti membacanya. Tolong sediakan waktu 5 menit saja untuk membaca isi di dalamnya. Kupastikan ini tidak akan memakan waktu lama, karena ibu tentu masih memiliki kegiatan lainnya.
Saat jatuh cinta pada putramu aku selalu bertanya seperti apa sosok wanita yang telah mendidiknya. Sikap dan perilakunya membuatku yakin ia telah di didik oleh sosok luar biasa.

Sepertinya berlebihan bila rasa kagumku saat bertemu dengannya di kali pertama disebut cinta. Namun aku yakin bahwa perasaan itulah yang menjadi awal dari dalamnya perasaan. Dia, putramu itu memang telah mencuri perhatian sejak pertemuan pertama. Dengan segala kesederhanaannya ia justru mampu membuatku terpesona.
Ia menjadi sempurna bukan karena memiliki tampang rupawan. Saat pertama kenal, dia juga belum jadi pria mapan yang banjir kekayaan. Putra kesayangan ibu adalah tipe pria cerdas yang suka bekerja keras. Ia adalah sosok yang membuatku paham tentang arti mengejar mimpi. Dia selalu bilang bahwa masa belia adalah saat paling tempat mewujudkan segala asa.
Tidak hanya kecerdasan dan semangatnya saja, sisi menarik yang membuat putramu makin menarik adalah caranya menjalani hidup. Meski aku tahu dia punya jiwa kompetisi tinggi, putra ibu tak ragu mengajarkan rekan kerjanya supaya jadi pekerja yang lebih baik lagi. Seringkali aku mendapatinya memberikan saran pekerjaan teman agar hasilnya sempurna di mata atasan.
Anak ibu juga tumbuh sebagai pribadi yang rendah hati. Dia tak pernah ragu menyapa seisi kantor kami dengan penuh kehangatan. Walau tercatat sebagai salah seorang karyawan berprestasi, tapi dia juga lantas jadi jumawa. Dia selalu bilang bahwa dia belum ada apa-apanya. Seluruh kelebihannya ini membuatku yakin bahwa ia pasti telah lahir dari wanita luar biasa yang berhasil mendidiknya jadi lelaki sesungguhnya.
Dalam hubungan percintaan kami, anakmu juga berperan sebagai pemimpin hubungan yang tak mendominasi. Anak banyak hal yang kupelajari darinya tanpa pelu merasa terpaksa.

Hubungan percintaan kami tak berawal dari kesepakatan yang direncanakan. Kami jatuh cinta dengan sederhana. Tidak ada kencan manis yang kami lakukan untuk membangun hubungan romantis. Ya layaknya hubungan cinta orang dewasa, semuanya terjalin karena rasa nyaman yang ada di dada. Putra ibu tidak pernah mengejarku layak pria lainnya. Ia adalah teman, kekasih, sekaligus pemimpin di saat bersamaan.
Jika dulu aku adalah sosok perempuan manja yang hidup tanpa rencana, kini semuanya berubah sejak kami bersama. Dia selalu mengajarku untuk jadi gadis yang haus untuk mengejar cita-cita. Putramu acap kali mengatakan bahwa masa muda sayang bila dihabiskan hanya untuk bersenang-senang. Dengan tenaga dan kemampuan berpikir yang dipunya, sudah sepantasnya ada banyak rencana besar yang bisa direalisasikan.
Bu, terimakasih telah mendidik anakmu menjadi pribadi yang mengaggumkan. Selain menginspirasi diriku untuk lebih berkembang, ia membuatku berubah tanpa perlu paksaan. Ia selalu memberiku pandangan bahwa menjadi wanita hebat bukanlah menjadi pilihan, melainkan keharusan. Ia selalu mengatakan bahwa ingin meminang wanita cerdas yang mampu berjuang bersamanya mewujudkan segala impian.
Kini izinkanlah aku untuk masuk menjadi bagian keluarga dengan penuh restumu. Bu, maukah engkau menerima aku sebagai anakmu juga?

Bersamaan dengan tulisan ini aku juga ingin menitipkan maaf karena belum pernah sekalipun menampakkan wajah. Bukan karena aku tak mau, tapi kesibukanku kembali ke bangku kuliah membuatku belum sempat menemui ibu. Tapi meski kita belum pernah bersua ada ribuan cerita ibu yang mampir di telinga. Ya, siapa lagi kalau bukan putramu yang selalu menceritakan dengan penuh bangga.
Kata dia ibu paling jago memasak dan menyulam. Dia juga bilang ibu adalah akuntan keluarga yang hebat yang mampu mengatur keuangan keluarga. Putra ibu juga menambakan, bila nantia ia punya istri, dia ingin wanita sepertimu. Seorang wanita cerdas, lembut, dan juga pintar. Walau sudah pasti tidak sehebat ibu, sudikah ibu mengajariku nanti?
Suatu saat bila cerita cinta ini dijawab Tuhan dengan fase yang lebih serius, kumohon ibu mau menerimaku dengan tangan terbuka. Aku jelas tidak bisa menyamai semua kelebihanmu. Tapi satu yang perlu kau tahu, bahwa aku akan selalu belajar untuk jadi orang wanita yang lebih baik lagi. Tidak hanya untuk dirinya tapi juga calon cucu ibu nantinya.