Legenda Fashion, Hal yang Bisa Dipetik dari Suksesnya Karl Lagerfeld

Dunia fashion internasional tengah berduka. Perancang fashion kenamaan, Karl Otto Lagerfeldt atau Karl Lagerfeld meninggal dunia pada 19 Februari 2019. Meninggalkan banyak karya, kolaborasi, dan kesan mendalam, sejumlah artis dan rekan sesama desainer memberi ucapan duka.
Bila kamu menilik rekam jejaknya, kiprahnya tak semulus yang dikira. Sempat merasakan hidup di masa perang, ia berjuang di dunia fashion atas inisiatif sendiri. Sudah ternama, ia sempat ditentang PETA dan isu lainnya. Meski begitu, banyak hal positif yang bisa millennials pelajari. Ini dia yang bisa dipetik dari suksesnya Karl Lagerfeld.
1. Meskipun ayahnya adalah pemilik perusahaan susu evaporasi, tapi ia memilih jalannya sendiri dan memulainya dari ikut kompetisi

Karl lahir pada 10 September 1933 di Hamburg. Ia lahir dari pasangan Otto Lagerfeld dan Elizabeth Bahlmann. Ayahnya adalah pemilik perusahaan produsen dan pengimpor susu evaporasi. Sementara ibunya adalah penjual pakaian dalam dari Berlin, Jerman ketika bertemu ayahnya.
Karl menyelesaikan sekolah menengah di Lycée Montaigne di Paris. Di situ, ia mengambil jurusan menggambar dan sejarah. Pada tahun 1955, ia mengikuti kompetisi desain mantel yang disponsori oleh International Wool Secretariat saat usianya masih 16 tahun. Ia menang dan memulai pertemanan dengan Yves Saint Laurent. Tak lama, ia disewa oleh Pierre Balmain sebagai asisten dan magang selama tiga tahun.
2. Dalam berkarier, bisa dibilang ia cukup setia. Bersama Fendi, ia terus berkarya di sana sampai akhir hayatnya
Pada 1965, ia bergabung dengan merek Fendi. Ia pun mulai memodernisasi lini pakaian dengan bulu yang dimiliki perusahaan tersebut. Pola pikirnya yang inovatif terbukti membawa terobosan baru. Dan hingga masa terakhirnya, ia masih berkarya di sana. Sebuah loyalitas yang belum tentu dimiliki semua orang bukan?
3. Sosoknya humble. Meski keahliannya mulai diakui, ia masih mau kolaborasi & menyelamatkan Chanel yang disebut merek yang hampir mati

Selain Fendi, Karl turut bersumbangsih pada merek Chanel. Pada saat bergabung, Chanel sempat disebut-sebut sebagai merek yang hampir mati karena satu dekade sebelumnya, Coco Chanel meninggal. Perusahaan itu hidup lagi dan lini pakaian siap pakai mereka sukses di pasaran.
Setahun setelah berkarier di Chanel, laki-laki yang identik dengan busana hitam-putih ini, baru memulai mereknya sendiri. Merek itu ia namai dengan namanya sendiri, "Karl Lagerfeld".
4. Gak cuma menekuni desain busana, Karl menggeluti dunia fotografi dan film pendek. Ini jadi bukti kalau ia selalu mau belajar

Bukan hanya pintar mendesain busana saja. Karl adalah sosok kreatif yang terus belajar. Dunia fotografi dan film pendek. Hasil fotonya sudah terpampang di sejumlah cover majalah dunia. Untuk produksi iklan Chanel pun, ia sering sekali terlibat langsung ketimbang memasrahkan begitu saja pada tim tertentu.
5. Demi dedikasinya di dunia fashion, ia pernah merelakan berat tubuhnya turun berkilo-kilo berkat "The Karl Lagerfeld Diet" lho! Totalitas banget!

Pada tahun 2001, Karl mengejutkan publik lewat penampilan barunya. Ia berhasil menurunkan 42 kg. Ini lantaran ia ingin terlihat berbeda saat menggunakan busana yang didesain Hedi Slimane. Sayangnya, busana yang dibuat ditujukan untuk mereka yang bertubuh langsing.
Akibat itu, ia harus menjalani 13 bulan untuk diet. Diet yang ia jalani diciptakan spesial oleh Dr. Jean-Claude Houdret. Dari pengalaman ini, terciptalah buku "The Karl Lagerfeld Diet". Hasilnya, seperti Karl yang kamu lihat pada foto di atas.
6. Meski tidak diketahui menikah, Karl dikenal sebagai sosok penyayang. Ia punya seekor kucing kesayangan bernama Choupette yang dimanjanya

Choupette adalah hadiah dari model Baptiste Giabiconi untuk Karl. Kucing ini tak kalah tenar dengan Karl, lho! Ia bahkan punya akun Twitter dan Instagramnya sendiri. Konon, ia jadi hewan peliharaan yang terkaya. Karl sering menggendong dan menciuminya karena amat menyayanginya.
7. Buatnya, terlihat elegan bukanlah dari mahalnya baju yang dipakai. Elegan adalah sikap dan perilaku

Terbiasa merancang busana-busana mahal, ternyata tidak menjadikan pikiran Karl sesempit itu. Baginya, elegan bukan karena merek atau mahalnya busana. Elegan adalah sikap dan perilaku. Karlism yaitu inspiratif, membangkitkan minat, dan terkadang provokatif adalah hal yang bisa dunia lihat lewat karya-karya besarnya.
Itu dia beberapa hal yang bisa dipetik dari suksesnya Karl Lagerfeld. Kamu ingin sepertinya? Tetaplah rendah hati, perbanyak karya, dan selalu mau belajar. Niscaya kariermu tak ada kalahnya dengan desainer hebat ini!