Membuat resolusi bagi mayoritas orang, termasuk kamu, jadi hal yang gak boleh terlewat. Mereka begitu getol merencanakan banyak hal di tahun yang baru. Seiring waktu berjalan beberapa di antara mereka mengalami masalah dengan resolusi yang dibuat sendiri.
Mereka gagal mewujudkan apa yang ingin direalisasikan pada tahun yang baru. Bahkan, ada beberapa yang sudah gagal duluan di awal tahun. Lantas, apa sih yang bikin resolusi gagal tercapai?
Punya resolusi banyak memang bukanlah sebuah persoalan serius. Beberapa orang di luar sana juga punya segudang hal yang ingin diwujudkan di tahun yang baru. Tapi, semua resolusi akan jadi senjata makan tuan kalau kamu tak pandai mengatur skala prioritas dan lebih memilih pakai teknik 'sapu jagat'.
Teknik satu ini sering dipakai banyak orang ketika berusaha mewujudkan resolusi. Mereka berusaha menggapai beberapa hal dalam waktu yang bersamaan tanpa mementingkan beberapa faktor internal dan eksternal diri sendiri. Alhasil bukannya berhasil digapai, resolusi malah bikin kepala pusing dan stres.
Semangat menggebu ketika bikin daftar resolusi sering berkebalikan dengan realita. Di awal begitu optimis dengan impian yang ingin dicapai ujung-ujungnya malah jadi gak percaya diri karena takut gagal.
Memang, bayang-bayang kegagalan di masa lalu sering bikin hati ciut. Namun, itu semua kembali pada dirimu apakah mau jatuh bangun meraihnya atau hanya sekedar menjadikan resolusi sebagai artefak tak bermakna?
Memikirkan cara agar resolusi berhasil diwujudkan itu penting. Tanpa memikirkannya, kita tidak akan tahu langkah apa yang harus diambil untuk merealisasikan itu semua. Tapi, kelamaan mikir juga bikin waktu terbuang percuma.
Kalau waktu dihabiskan cuma untuk berpikir lantas kapan mewujudkannya? So, segera ambil tindakan nyata sebelum kamu kecewa karena semua resolusi berakhir jadi wacana. Kalau bertemu dengan gagal jangan berhenti. Belajarlah dari itu dan kembalilah melaju.
Tiap orang pasti menggantungkan harapan pada resolusi yang dibuatnya. Namun, itu bukan jadi alasan mengubahnya jadi beban. Justru, resolusi memberikanmu tujuan pasti ke mana arah hidupmu berjalan di tahun yang baru.
Jika resolusi dianggap sebagai beban, proses untuk menggapainya juga akan terasa amat menyulitkan. Ujungnya sudah bisa ditebak. Kamu tak menikmati hidup dengan segala proses yang sedang bergulir dan memilih mundur serta mengeluh sebelum menggapai garis finish.
Tak hanya sekedar harapan, ekspetasi juga tersemat saat satu demi satu resolusi ditulis. Namun, ibarat pepatah besar pasak daripada tiang, ekspektasi sering berada di luar batas realita.
Inginnya bisa dapat nilai bagus di semua mata pelajaran tapi malas mencatat atau terlalu sering mengandalkan sistem kebut semalam. Contoh inilah yang bikin resolusi tak realistis dilakukan dan makin menyiksa diri. Untuk itulah kamu perlu mengatur resolusi dengan baik serta meniatkan diri agar ekspektasi dan realita bisa saling bertemu.
Manusia memang makhluk yang tak pernah puas. Selalu menginginkan banyak hal dalam hidup. Tapi tak semua keinginan punya makna. Ada yang justru muncul karena nafsu atau bahkan gengsi belaka. Jika resolusi mengacu pada hal itu maka sama saja kamu membohongi diri sendiri.
Resolusi adalah pijakan untuk mengubah hidupmu jadi lebih baik. Mengetahui apa yang kamu inginkan itu perlu. Tapi, mengingat mengapa kita menginginkannya jauh lebih penting. Jangan sampai resolusi berubah jadi labirin yang justru menyesatkanmu dan mengubahmu jadi sosok lain.
Tahun 2019 baru berjalan satu bulan, masih ada banyak waktu untuk merealisasikan lebih banyak mimpi. Jangan hanya berdiam karena gagal. Fokuslah dan nikmati segala proses dengan semangat dan penuh rasa syukur.