5 Makna Sebenarnya di Balik Kata "Hijrah", Yuk Pahami Dulu!

Setiap orang pasti ingin hijrah dengan sempurna, tak hanya dalam ibadah harian tapi juga sifat dan kebiasaan. Tapi yang namanya manusia biasa, mungkin ia gak bisa memenuhi segala varian hijrah dalam satu waktu. Boleh jadi seorang wanita sudah bisa berhijrah mengenakan jilbab syar'i, tapi ia belum bisa hijrah dari sikap pelit. 

Kita semua bisa mengalami hijrah berkali-kali, selama ada niat ingin lebih baik. Kamu mungkin bisa hijrah di bidang A pada umur 20 tahun, hijrah di bidang B pada umur 26 tahun, dan hijrah di bidang C pada umur 34 tahun. Hijrah itu berproses dan tak boleh berhenti.

Misalnya kamu bertekad ingin membuang sikap malas dan hijrah jadi pekerja yang rajin. Alangkah lebih baiknya kalau niat hijrahmu bukan karena ingin sanjungan bos atau kenaikan pangkat, tapi ingin Tuhan lebih rida dengan hidupmu yang gak lagi diisi dengan malas-malasan. Soal bagusnya karier, cukup jadikan itu sebagai "bonus" dari hijrahmu.

Begitu pun dalam hal ibadah, misalnya kamu jadi rajin salat dan puasa Senin-Kamis, karena ingin disukai calon mertua. Luruskanlah niat hijrahmu karena Tuhan, giliran calon mertua jadi memberi restu, anggap saja itu sebagai "bonus" dari proses hijrahmu.

Kata hijrah itu punya makna yang sangat dalam, tapi kadang suka disempitkan dengan lingkup syariat. Preman yang gemar berbuat onar lalu hijrah melakukan banyak kebaikan dalam hari-harinya, kadang gak disebut telah hijrah karena bukan dalam konteks syariat.

Seorang ibu yang hobi bergunjing dan bergosip sana-sini, lalu jadi pribadi yang welas asih dan menutup aib saudaranya, sebenarnya ia telah berhasil hijrah dalam hal yang mungkin jadi sisi tersulit dalam hidupnya, yakni mengubah karakter.

Itulah mengapa hijrah bukan perubahan yang sekali jadi. Syariat agama yang babnya sangat banyak itu adalah kepingan hijrah yang harus kita perbaiki satu persatu.

Kadang sikap hijrah sering dikaitkan dengan datangnya hidayah, padahal untuk mau mendapat hidayah, kita juga harus mau "menjemputnya". Setiap manusia sebenarnya sudah Tuhan ilhamkan mana jalan yang baik dan buruk. Kamu bakal sulit mendapat hidayah kalau seharian hanya tidur-tiduran. Coba, deh usaha dikit dengan baca buku misalnya, dengerin ceramah atau deketin teman-teman saleh.

Hijrah gak menunggu kamu tua dulu, semakin cepat kita hijrah tentu semakin banyak manfaat dan kebaikan yang kita terima. Gak mau kan kamu terus berkubang dalam hal buruk yang sebenarnya buruk buat dirimu sendiri?

Fase seperti ini bukan dialami orang yang berhijrah, tapi orang yang berlebih-lebihan dalam agama. Kalau kamu merasakan tingginya iman dan dalam waktu bersamaan kurang peka pada kebutuhan sesama, boleh jadi hijrahmu salah. Misalnya, seorang istri yang terus berzikir sepanjang malam dan lupa atau kurang perhatian pada kebutuhan suami.

Contoh yang paling ekstrem adalah mereka yang mengaku hijrah dengan keyakinan penuh, lantas menganggap orang lain yang berbeda, pantas dipandang sebelah mata bahkan layak dianggap musuh. Hijrah hanya berfokus pada perbaikan diri, bukan malah menghakimi mereka yang belum hijrah. 

Itulah uraian makna dari kata hijrah yang sebenarnya. Kamu sudah hijrah belum? Semoga bermanfaat, ya!