Alasan Kenapa Workaholic Itu Gak Bagus Buat Kamu dan Orang di Sekitarmu

Menurut studi yang diterbitkan pada Journal of Management, ada perbedaan yang signifikan antara menyukai pekerjaan dan kecanduan pekerjaan.
Dan yang menjadi masalah adalah, workaholic merupakan masalah mental yang seringkali memunculkan dampak positif yang bahkan membuat atasan kita bahagia. Jadi ketika kamu merasa bahwa kamu workaholic, perlu kamu ketahui bahwa tak selamanya workaholic itu menguntungkan.
Jarangnya liburan juga membuat kariermu berantakan.
Otakmu juga butuh istirahat.

Liburan sih liburan, tapi buat apa kalau masih ngurusin kerjaan? Otakmu juga perlu istirahat dan tak memikirkan masalah berat soal pekerjaan.
Makan siang di meja kerja sebenarnya gak bagus untuk kesehatanmu.

Makan di meja kerja memicu obesitas dan tak makan siang juga semakin memperburuk keadaan. Solusinya, makan siang di tempat selain meja kerja.
Berulang kali mengecek email juga percuma.

Berulang kali mengecek email tak akan meningkatkan produktivitasmu.
Dan mungkin kamu juga menyakiti pasanganmu.

Kecanduan kerja tak akan membuat hubunganmu mesra. Pasangan workaholic dua kali lebih besar untuk mengalami perceraian. Pun jika kamu gila kerja dan berusaha untuk tetap pacaran, kamu juga tak akan bisa menyeimbangkan waktu untuk berdua.
Kamu gak bisa kecanduan kerja selamanya.

In short, workaholics burn out.
Semua aktivitas non-stop dapat memicu buruknya perilaku dan kebiasaan yang akhirnya kita kenal sebagai "burn out."
Gila kerja juga tak baik untuk rekan kerja sekitarmu.

Karena kalau kamu stres, rekan kerjamu juga akan merasakan hal yang serupa.
Dan bahkan lebih parah lagi dampaknya untukmu.

Pendek kata, workaholic adalah kebiasaan yang tak baik. Kamu akan mengalami gangguan tidur, depresi dan kecemasan. Tak jarang kamu juga akan mengalami peningkatan berat badan dan bahkan kematian.
Jadi, menjadi seorang workaholic itu tak selamanya menguntungkan. Karena kalau kamu tak bisa menyeimbangkannya dengan kehidupan sehari-harimu, kamu akan kewalahan sendiri.