Kenali BPH: Pembesaran Prostat Jinak yang Kerap Melanda Pria

Benign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran prostat yang terjadi pada pria. Pembesaran prostat sebenarnya terjadi dalam dua fase, fase pertama saat terjadi pubertas, dan fase kedua setelah usia 25 tahun dan terjadi sepanjang hidup. Pada fase kedua inilah pembesaran dapat menimbulkan masalah.
Menurut studi kejadian dalam jurnal Urology MedReview, BPH terjadi 10 persen pada pria usia 30-an, 20 persen pada pria 40-an, 50-60 persen pada pria 60-an, 80-90 persen pada pria berusia 70-80-an.
Berikut adalah beberapa informasi mengenai BPH:
1. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon

Menurut Urology Care Foundation, pada pria, testosterone adalah hormone yang mendominasi. seiring bertambahnya usia, kadar testosterone pada pria akan mengalami penurunan, diiringi oleh peningkatan hormon lain. Terdapat dua teori, yaitu peningkatan hormon dihydrotestosterone (DHT) atau peningkatan hormone estrogen. Peningkatan hormon ini kemudian akan menyebabkan sel pada jaringan prostat mengalami perkembangan yang lebih cepat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pembesaran.
2. Gejala pada BPH

Prostat adalah bagian sistem reproduktif, berukuran sebesar kacang dan berada di bawah kandung kemih dan di depan rectum. Menurut laman medscape tentang BPH, saat terjadi pembesaran, hal ini tentu akan mengganggu lewatnya urin dari kandung kemih menuju muara lubang kencing. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa, peningkatan frekuensi kencing terutama pada malam hari, sering merasa ingin kencing, pancaran kencing yang sering terhambat, harus mengedan untuk mengeluarkan kencing, hingga pada akhirnya pancarannya semakin melemah dan berujung pada ketidakmampuan untuk berkemih sama sekali.
3. Faktor risiko kejadian BPH

Menurut Mayoclinic mengenai BPH, beberapa faktor resiko terjadinya kejadian BPH adalah riwayat BPH pada keluarga, seperti ayah atau saudara kandung. Faktor risiko lain adalah adanya penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Faktor resiko lain adalah gaya hidup, seperti menu makanan yang tinggi lemak, obesitas serta kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko terjadinya BPH.
4. Kapan harus ke dokter?

Sebenarnya, ada baiknya untuk melakukan kontrol teratur pada pria seiring meningkatnya usia. Hal ini dikarenakan ada beberapa tingkatan pembesaran, dan semakin lama dibiarkan maka tingkatannya akan meningkat dan terapi yang didapat juga akan berbeda.
Namun mengingat pada praktek sehari-hari hal ini sulit dilakukan, begitu anda sadar telah memiliki faktor resiko BPH seperti riwayat BPH dalam keluarga, kewaspadaan bisa segera ditingkatkan. Pria juga disarankan untuk segera ke dokter begitu menyadari ada beberapa gejala seperti yang disebutkan di atas.
5. Apa terapi yang akan diberikan nantinya?

Tidak seperti penyakit infeksi yang dapat disembuhkan dengan antibiotik, BPH bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat yang sering ditemukan di pasaran. Dokter akan memberikan obat dengan fungsi yang berbeda. Nantinya, akan diberikan obat yang dapat mengecilkan ukuran prostat sehingga aliran kencing menjadi lancar kembali. Atau akan diberikan obat yang dapat merelaksasikan otot di sekitar prostat sehingga urin bisa tetap lewat. Atau dapat diberikan kombinasi dari kedua obat ini.
Jika prostat terlalu besar atau regimen terapi tidak mampu mengatasi keluhan, ada kemungkinan dilakukan operasi untuk mengecilkan prostat dengan pembedahan. Karena itu disarankan untuk segera ke dokter begitu merasakan keluhan.
6. Apa komplikasi BPH?

Jika tidak segera ditangani, maka pembesaran prostat dapat menyebabkan obstruksi total aliran kencing. Hal ini dapat menyebabkan aliran urin berhenti dan menumpuk sehingga meningkatkan resiko terjadi infeksi saluran kemih oleh bakteri bahkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal jika dibiarkan.
7. Apa pencegahan terjadinya BPH?

Sebenarnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah BPH karena pembesaran prostat akan terjadi pada seluruh pria seiring bertambahnya usia. Namun penurunan berat badan, memakan makanan yang sehat seperti buah-buahan dan sayuran, mengurangi konsumsi makan mengandung tinggi lemak, dan olahraga teratur dapat berperan dalam mengontrol keseimbangan hormon secara normal. Dan jika termasuk populasi dengan faktor resiko tinggi, jangan sungkan untuk datang ke dokter dan berkonsultasi.
Demikian penjelasan mengenai BPH. Untuk mendapatkan penanganan yang tepat, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Karena semakin cepat penangannya, maka akan semakin mudah terapinya.












.png)



