Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Bagian Terakhir

www.pexels.com/John-Mark Smith
www.pexels.com/John-Mark Smith

Kepada tim pusat layanan bantuan,

Hai. Namaku Ferdian Alamsyah dan aku ingin memberitahu kalian kalau wafer cokelat yang aku beli di mesin penjual makanan milik kalian yang dipajang di ujung lorong IGD Rumah Sakit Umum ’45 dan itu benar-benar membuatku kesal.

Tidak. Itu terlalu brutal.

Kepada tim pusat layanan bantuan,

Hai. Namaku Ferdian Alamsyah dan aku ingin memberitahu kalian kalau mesin penjual otomatis nomor 147 yang berada di ujung lorong IGD Rumah Sakit Umum ’45 mengalami sedikit kerusakan. Aku tidak akan mengirimi kalian surat jika wafer cokelat yang sudah aku beli tidak tersangkut di... apa pun itu nama benda yang berfungsi untuk mendorongnya hingga terjatuh ke bawah sebelum akhirnya aku ambil dan makan untuk meredakan rasa laparku.

Mungkin juga tidak. Karena di saat yang hampir bersamaan aku merasakan banyak sekali emosi di dalam diriku. Kebanyakan bingung dan marah—mengingat tunanganku meninggal karena keguguran lima belas menit sebelum aku merasa lapar. Well, jika kau mengira janin yang dikandungnya itu adalah anakku, kau salah. Aku tidak pernah, sama sekali, menyentuhnya. Aku juga masih belum tahu siapa ayah biologisnya. Dan aku tidak akan pernah ingin mengetahuinya.

Terdengar sangat menyedihkan. Lagipula tim pusat layanan bantuan tidak akan membaca surat keluhan semacam ini. Di sisi lain, aku tidak bisa menahan kekesalanku lebih lama lagi. Jadi, persetan dengan semua ini.

Itu membuatku kesal. Wafer cokelat dan tunanganku, ngomong-ngomong. Kedua hal itu membuatku terjebak dalam kekacauan. Wafer cokelat itu satu setengah kali lebih mahal dari harga jual aslinya dan tersangkut di mesin penjual otomatis kalian. Sementara tunanganku, orang yang sama yang aku jaga dan cintai dengan sepenuh hatiku, dengan mudahnya mengkhianatiku.

Bagaimana pun, aku tidak akan menuntut ganti rugi pada kalian. Aku hanya... aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini. Aku juga tidak yakin apakah aku bisa memaafkannya atau tidak.

Untuk sesaat, aku merasa kalau aku harus menemukan dan menghabisi orang yang sudah berani menyentuhnya. Tapi, kemudian aku sadar kalau apapun itu yang terjadi di antara mereka, mereka melakukannya dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Ada sesuatu yang mengganggu pikiran tunanganku mengenai diriku hingga berani mengkhianatiku. Mungkin, selama ini dia tidak pernah mencintaiku. Mungkin dia menerima lamaranku agar dia bisa menjadikanku sebagai bank berjalan dan menyelamatkan keluarganya yang baru saja mengalami kebangkrutan. Atau mungkin dia sedang membantu pasangan yang ingin memiliki anak dengan menjadi ibu pengganti bagi mereka.

Tidak. Coret kalimat terakhir.

Bagian terakhir, aku tidak tahu harus menulis apa untuk mengakhiri surat ini. Tapi yang pasti, aku tidak bisa berhenti memikirkan penyebab kenapa tunanganku tega-teganya mengkhianati cintaku untuk beberapa minggu ke depan. Mungkin juga bulan. Aku tidak tahu pasti.

 

Dengan hormat,

Ferdian.

***

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Arifina Aswati
EditorArifina Aswati
Follow Us

Latest in Fiction

See More

gtrg

17 Des 2025, 16:33 WIBFiction
ChatGPT Image Oct 29, 2025, 03_22_31 PM.png

dewdw

13 Nov 2025, 14:37 WIBFiction
L5josd0NmR.png

artikel biasa aja

28 Okt 2025, 16:00 WIBFiction
7nTjgyTckg.png

dewd

15 Okt 2025, 10:44 WIBFiction
http://cdn.idntimes.com/content-images/post/old/98eff-aupair---ieuropa.no.jpg

QUIZ BARU

15 Okt 2025, 09:50 WIBFiction
wqd

ded

01 Okt 2025, 13:53 WIBFiction
http://cdn.idntimes.com/content-images/post/old/421a8-woman-yes_karenzeigler.jpg

Artikel 19

16 Sep 2025, 10:18 WIBFiction
VZTiPF6qI2.png

Artikel 3

16 Sep 2025, 10:10 WIBFiction
raDXpkcRlL.png

sxwx wxw

12 Sep 2025, 14:55 WIBFiction