Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Turut Tentukan Impor Beras, Data Pangan Perlu Diperbaiki

medium.com
medium.com

Jakarta, IDN Times - Pemerintah diminta menggunakan harga sebagai indikator dalam melakukan impor beras. Bila harga tinggi, ketersediaan beras di pasaran berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Dengan demikian, impor bisa dijadikan pilihan untuk mengisi kekurangan pasokan dan menstabilkan harga," kata Board Member Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Arianto Patunru.

Di sisi lain, data produksi pangan belum bisa dijadikan indikator ketersediaan beras saat ini karena masih simpang siur angkanya. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan data pangan untuk mengurangi kesemrawutan impor.

1. Penggunaan teknologi bisa mencegah konflik akibat perbedaan data

wattention.com.sg
wattention.com.sg

Kalau pergerakan harga dianggap tidak cukup membuktikan kelangkaan pasokan beras, kata Arianto, pemerintah bisa menggunakan teknologi untuk memantau hasil produksi beras. Penggunaan teknologi, lanjutnya, bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik antarinstansi pemerintah yang seringkali memiliki data komoditas pangan yang berbeda satu sama lain.

"Padahal, data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan dibutuhkan untuk menjadi dasar pengambilan sebuah kebijakan," ujarnya.

2. Pemerintah disarankan menggunakan satelit untuk memantau harga

(Gudang Bulog Kaltim) IDN Times/ Mela Hapsari
(Gudang Bulog Kaltim) IDN Times/ Mela Hapsari

Arianto memberikan contoh paling sederhana dari harga. Bila harga tinggi, berarti ketersediaan langka, maka lakukan impor. Namun, bila indikator harga masih belum bisa dipercaya, gunakan satelit.

"Kan katanya mau ada pantau beras pakai satelit. Nah, itu saja realisasi jadi data itu tidak beda-beda terus jadi ribut. Konflik akibat perbedaan data antara satu instansi dengan instansi lain seharusnya tidak terjadi lagi di masa mendatang,” ungkapnya.

3. Pemerintah perlu melakukan perbaikan data pangan

wattention.com.sg
wattention.com.sg

Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman menambahkan, pemerintah perlu melakukan perbaikan data pangan untuk mengurangi kesemrawutan impor. Perbaikan data pangan juga perlu dilakukan sebagai tindak lanjut dari berbagai rekomendasi yang sudah dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait impor.

Menurut dia, kegiatan impor yang belum efektif didasarkan pada acuan data yang dijadikan dasar untuk impor. Jika data acuan tidak dapat diandalkan, hasilnya adalah kebijakan yang tidak efektif. Permasalahan yang seringkali dihadapi Indonesia adalah data pangan yang selama ini selalu dijadikan acuan untuk melakukan impor belum sepenuhnya bisa diandalkan.

"Perbaikan data komoditas baru dilakukan pada komoditas beras, itu pun baru pada akhir Oktober 2018 lalu. Sedangkan data-data komoditas lain seperti jagung dan kedelai dapat dikatakan belum terintegrasi menjadi data tunggal yang dapat diandalkan pemerintah dan publik," ungkapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us

Latest in Business

See More

dwedwe

01 Sep 2025, 14:39 WIBBusiness
Nulla facilisi

coba

01 Sep 2025, 14:25 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

sqs

30 Agu 2025, 00:00 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-dkd2

22 Agu 2025, 14:27 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-ul88

22 Agu 2025, 11:10 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-m13q

22 Agu 2025, 11:00 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

test embed html

22 Agu 2025, 09:33 WIBBusiness
ular kucing

asdfsf

21 Agu 2025, 10:00 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

Artikel republish lagi

20 Agu 2025, 15:10 WIBBusiness