Terdampak Banjir, Pengusaha Ritel Minta Insentif ke Anies Baswedan

Jakarta, IDN Times - Toko ritel menjadi salah satu bisnis yang terdampak banjir besar yang terjadi baru-baru ini. Kerugian besar sudah pasti diderita pengusaha bisnis tersebut. Oleh karena itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey meminta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar diberikan insentif.
"Aprindo mengimbau dan meminta, karena kita kan korban juga. Adanya insentif dari Pemrpov DKI untuk toko ritel modern yang terdampak. Kalau tidak terdampak kita tidak akan minta," ujarnya kepada IDN Times, Sabtu (4/1).
1. Pengusaha ritel berharap ada insentif untuk pajak reklame hingga retribusi ke daerah

Roy mengungkapkan, salah satu keringanan yang bisa diberikan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah keringanan pajak reklame. Salah satu bentuk yang bisa diberikan adalah diskon pajak reklame.
"Setiap toko itu kan ada sign shop, sign board, kan itu ada pajak reklamenya, itu ada keringanan lah. Ada insentif," tuturnya.
Tidak hanya itu, dia juga berharap ada keringanan terhadap retribusi yang masuk ke daerah. Keinginan itu disampaikan lantaran para pengusaha harus melakukan pemulihan bisnisnya.
"Kita mesti membangun overhall, kalau kita mesti keluarkan semua barang, kita cat lagi, kita pesan lagi barang baru. Itu kan semuanya biaya kan. Belum lagi tenaga kerja. Kalaupun nggak kasih masuk akhir bulan kita kasih bayar. Jadi potensi akerugain dari transksis saja besar apalagi yang rusak dan yang lain sebagainya, ungkapnya.
2. Saat ini sudah 20 persen toko ritel yang kembali beroperasi

Roy menambahkan, sudah ada 60 toko ritel yang beroperasi kembali dari 300 ritel yang tutup. Dia menyebut beroperasinya kembali ritel-ritel tersebut lantaran banyak permintaan dari konsumen.
"Jadi dari 300 tutup di 170 titik Jakarta dampak banjir, ada 60 toko yang buka supaya dapat melayani masyarakat. Konsumen kan harus belanja kan. Kalau pun kita membuka itu kita berusaha karena ada permintaan dari masyarakat. Selagi sudah kering kita buka," tegasnya.
3. Potensi kerugian transaksi yang hilang akibat banjir mencapai Rp960 miliar

Meski belum mendapat hitungan pasti, namun Roy memperkirakan potensi kerugian transaksi yang hilang selama bencana banjir adalah sebesar Rp960 miliar.
Hitung-hitungan itu didapat dengan menghitung nilai transaksi rata-rata kepala keluarga (KK) dikalikan dengan jumlah toko ritel yang tutup dan KK yang diungsikan.
"Anggaplah itu per kelapa keluarga transaksinya Rp100 ribu, kemudian catatan BPBD DKI Jakarta itu ada 32 ribu kepala keluarga yang harus dievakuasi. Jadi kalau 300 toko kali Rp100 ribu dikali dengan 32 ribu KK, itu berarti potensi transaksi yang hilang atau potensi kerugian transaksi Rp960 miliar atau hampir Rp1 triliun," jelas Roy.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb