Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The Fed

Tanda jalan menuju Wall Street, New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Roberto Junior
Tanda jalan menuju Wall Street, New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Roberto Junior

Jakarta, IDN Times - Keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk melakukan Operasi Repo pada Selasa (17/9) dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan oleh Indonesia. Menurut ekonom Universitas Indonesia, David Sumual, The Fed hanya salah perhitungan saja.

"Salah prediksi saja bank sentral [Amerika Serikat] dalam menangani masalah di dalam negerinya," kata David ketika dihubungi IDN Times pada Rabu (18/9). Seperti dilaporkan CNN Business, suku bunga pinjaman Amerika Serikat sempat meroket tajam pada Selasa malam yang menyebabkan The Fed melakukan intervensi.

1. Indonesia tidak perlu khawatir

Wartawan mengambil gambar layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada 6 September 2019.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Wartawan mengambil gambar layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada 6 September 2019. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Apa yang membuat persoalan ini begitu hangat dibicarakan adalah bahwa langkah The Fed tergolong sangat langka yaitu dengan menggelontorkan US$53 miliar atau Rp742 triliun. Uang tersebut dipakai untuk membeli obligasi serta surat berharga lain. Intervensi ini adalah yang pertama kali dilakukan The Fed sejak krisis 2008.

Akan tetapi, David meyakinkan bahwa situasi itu tidak berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. "Indonesia tidak perlu khawatir," tegasnya. Apa yang terjadi, menurut David, adalah salah perhitungan sebab The Fed terlalu reaktif menyusul adanya pengambilan uang secara hampir bersamaan oleh banyak perusahaan besar.

Apa yang dikatakan oleh David memang terlihat dalam perdagangan hari ini. Operasi Repo The Fed nyatanya tak menggerus nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada perdagangan Rabu (18/9), rupiah ditutup menguat 0,25 persen di level 14.055 per dolar AS.

2. Suku bunga di Amerika Serikat melonjak di luar batas yang ditetapkan The Fed

Tanda jalan menuju Wall Street, New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Roberto Junior
Tanda jalan menuju Wall Street, New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Roberto Junior

Menurut data Refinitiv, tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) melonjak sampai 5 persen pada Senin (16/9). Angka tersebut naik dari 2,29 persen pada minggu lalu dan berada di atas kisaran target maksimum The Fed yaitu dua sampai 2,25 persen.

Hingga Selasa (17/9), angkanya terus naik mencapai 10 persen. Ini memaksa The Fed untuk melakukan intervensi. "Ini belum pernah terjadi, setidaknya di era pasca krisis," kata ahli strategi suku bunga di Bank of America Merrill Lynch, Mark Cabana, merujuk pada resesi 2008.

3. Muncul spekulasi tentang situasi perekonomian Amerika Serikat

Ilustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Neonbrand
Ilustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Neonbrand

Dengan Operasi Repo, The Fed berharap bisa memompa uang ke sistem keuangan Amerika Serikat agar suku bunga pinjaman tidak melonjak di atas target yang sudah ditetapkan. Langkah inilah yang membuat sejumlah pihak berspekulasi tentang situasi perekonomian Amerika Serikat.

The Fed dikhawatirkan kehilangan kemampuan untuk mengontrol suku bunga jangka pendek. Guy LeBas, Direktur Pelaksana Strategi Pendapatan Tetap di Janney Capital Markets, menilai "pasar pendanaan jelas sedang tertekan" sehingga "membutuhkan The Fed untuk bertindak".

4. Analis pasar percaya situasi sebenarnya tidak segenting ini

Ilustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Sharon McCutcheon
Ilustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Sharon McCutcheon

Sementara itu, belum diketahui apa yang menyebabkan suku bunga pinjaman bisa melonjak setinggi itu. Melalui cuitan di Twitter, Jim Bianco yang merupakan CEO Bianco Research, mengatakan "tidak ada yang tahu mengapa ini terjadi". Dia menambahkan,"Jika ini terus terjadi lebih dari sehari atau dua hari, ini akan menjadi suatu masalah."

Sama seperti penilaian David, Cabana juga melihat ini adalah salah perhitungan dari The Fed. "Tidak ada cukup uang tunai dalam sistem perbankan bagi bank untuk untuk memenuhi semua kebutuhan likuiditas dan regulasi mereka," kata Cabana. Ia pun menyarankan agar publik tidak khawatir sebab The Fed akan mampu menanganinya.

5. Situasi saat ini berbeda dari resesi ekonomi 2008

Gedung bursa saham New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Aditya Vyas
Gedung bursa saham New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Aditya Vyas

Para analis sendiri melihat situasi penuh tekanan pada sistem finansial Amerika Serikat saat ini berbeda dengan apa yang terjadi pada 2008. Saat itu, para pemodal sangat khawatir dengan kesehatan perbankan. Kali ini, perbankan fokus menstabilkan rekor laba dan neraca.

Salah satu sebab yang oleh David dianggap bisa menjelaskan situasi sekarang adalah banyaknya perusahaan Amerika Serikat yang menarik uang mereka dari bank dalam jumlah besar.

Uang tersebut mereka gunakan untuk membayar pajak triwulan kepada Departemen Keuangan Amerika Serikat. Akibatnya, bank pun mengambil cadangan uang di The Fed. "Sempat ada kebutuhan untuk membayar fiskal. Jadi kayak mismatched likuiditas begitu," ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us

Latest in Business

See More

Artikel reviewed coba

22 Des 2025, 12:01 WIBBusiness
ss_8d23b9dd754ae8d287c0588641f169abe8acb86a.1920x1080.jpg

Ciba artikel table

15 Des 2025, 13:53 WIBBusiness
rthtrh

coba test lagi lagi

09 Des 2025, 14:57 WIBBusiness
ss_df1de01f93f61bd30d64e6206b606d0a15cb485f.1920x1080.jpg

test artikel lagi

09 Des 2025, 14:54 WIBBusiness
02.jpg

test artikel

09 Des 2025, 14:51 WIBBusiness
GVq5Zpna8AAQq-M.jpg

artikel community 2

01 Des 2025, 15:17 WIBBusiness
E_8IbBkVIAk8LeP.jpg

artikel community 3

28 Nov 2025, 15:16 WIBBusiness
ss_edfd360b92d6f9b983b759fd837e664b86cd9563.1920x1080.jpg

Cek carousel

24 Nov 2025, 10:02 WIBBusiness
ss_0b9594934db8a1457c915e200f9d0d9b447a3df4.1920x1080.jpg

Artikel test data

21 Nov 2025, 13:41 WIBBusiness
Nulla facilisi

dwedwe

19 Nov 2025, 14:39 WIBBusiness