Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Lucu Sri Mulyani Saat Perdana ke AS: Dikira Tertinggal Pesawat

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Jakarta, IDN Times - Pepatah yang menyebut 'there is always first time for everyone' cocok disematkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia sempat bercerita betapa ia juga merasakan panik ketika menjejakan kakinya pertama kali di Amerika Serikat.

Di rumah dinas Dubes AS, Joseph R. Donovan, perempuan yang akrab disapa Ani itu mengisahkan ia pergi ke Negeri Paman Sam kali pertama untuk menempuh studi pasca sarjana di Chicago pada tahun 1988 lalu. 

"Amerika itu negara pertama yang jadi tujuan saya ke luar negeri dan saya masih jadi orang udik," kata Ani pada Kamis malam (4/7) dalam perayaan hari Kemerdekaan ke-243 AS. 

Salah satu hal yang ia tidak diketahui yakni soal adanya perbedaan waktu. Rupanya ketika ia hendak ke Chicago, ia lupa mengubah pengaturan jam tangannya. Alhasil, ia masih membaca waktu dengan standar jam di Seattle. Sehingga, Ani sempat beranggapan ia telah tertinggal pesawat yang ketika itu hendak membawanya ke sebuah kota bernama Urbana Champange di Illinois.

Wah, apa yang terjadi ya ketika itu? Apakah Ani akhirnya tertinggal pesawat? Lalu, bagaimana tingkat keamanan di AS pada 30 tahun lalu? 

1. Sri Mulyani sempat mengira tertinggal pesawat padahal masih ada waktu 4 jam lagi

PresidenRI.go.id
PresidenRI.go.id

Di hadapan media ketika itu, Menkeu Sri Mulyani blak-blakan mengaku tak sadar ada perbedaan waktu dari Seattle ke Chicago. Untuk bisa menuju ke Urbana Champange di Chicago, Ani harus beberapa kali ganti pesawat. Harga tiket pesawatnya ketika itu, kata Ani, belum semahal sekarang.

"Jadi, ketika saya tiba di Chicago, saya tidak sadar masih menggunakan jam tangan Seattle. Sementara, di sana terlihat saya telah terlambat setengah jam," kata Ani pada Kamis malam kemarin. 

Panik, Ani kemudian bertanya kepada beberapa orang di bandara. Chicago mayoritas dihuni oleh warga AS kulit hitam. 

"Mereka Bahasa Inggrisnya cepet banget, jadi saya gak ngerti apa yang mereka omongin. Tapi, mereka sangat helpful . Ketika saya diajak ke area sistem informasi, i just realized jam saya yang salah," kata Ani. 

2. Ketika mendarat di Urbana Champange, Ani masih bisa dijemput di dekat tangga pesawat

IDN Times/Santi Dewi
IDN Times/Santi Dewi

Ani akhirnya tiba di Urbana Champange, sebuah kota kecil yang dipenuhi oleh kebun jagung. Ia mengatakan ketika itu Ani masih bisa merasakan dijemput di dekat tangga pesawat. 

"Saya dijemput di tangga pesawat bukan karena orang penting, tapi karena saat itu belum ada serangan teror ke Amerika Serikat," tutur dia.

Ia pun pernah melepas teman kuliahnya kembali ke negara asal dan mengantar mereka hingga ke tangga di depan pintu pesawat. 

"Jadi, keamanan ketika itu masih lebih rileks," katanya lagi.

Namun, situasi sekarang sudah tak memungkinkan lagi. Hal itu lantaran sistem keamanan di bandara semakin diperketat. Bahkan, apabila dianggap mencurigakan petugas bandara bisa melakukan penggeledahan barang bawaan calon penumpang.

3. Amerika Serikat bisa belajar dari Indonesia untuk mengatasi perbedaan latar belakang warganya

IDN Times/Santi Dewi
IDN Times/Santi Dewi

Situasi yang dialami oleh Negeri Paman Sam, sesungguhnya tidak jauh berbeda yang dihadapi oleh Indonesia. RI pun bahkan turut menghadapi ketegangan karena adanya perbedaan latar belakang warganya. 

"Namun, kita masih bisa tetap bersatu di dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika," kata Ani. 

Hal itu membuktikan Indonesia memiliki daya tahan menghadapi berbagai ketegangan yang ada dan teror. 

4. Hubungan diplomatik AS-Indonesia terus berkembang selama 70 tahun

IDN Times/Santi Dewi
IDN Times/Santi Dewi

Ada satu poin penting yang digaris bawahi oleh Ani dalam perayaan kemerdekaan ke-243 AS pekan lalu, yaitu betapa hubungan bilateral kedua negara sudah mengalami peningkatan yang signifikan. 

"Dari yang semula kerja sama sebagai negara penerima bantuan keuangan dari para donor menjadi negara mitra strategis. Hingga saat ini, AS tetap menjadi negara mitra strategis Indonesia," kata Ani. 

Dilihat dari neraca perdagangan, Ani menyitir data, kedua negara menikmati keuntungan ekonomi. Di tahun 2018, ada transaksi perdagangan di antara kedua negara mencapai US$28,6 miliar. 

"Perdagangan di antara kedua negara terus tumbuh dalam nilai yang stabil. Kami juga menyadari bahwa Menteri Perdagangan berniat untuk meningkatkan nilai perdagangan hingga dua kali lipat menjadi US$50 miliar di tahun 2023. Jadi, saya yakin ini akan menguntungkan kedua negara," tutur dia lagi. 

Ia berharap gambaran transaksi perdagangan itu akan menjadi cermin mengenai hubungan ekonomi kedua negara yang dapat membuat rakyatnya sejahtera. 

Share
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us

Latest in Business

See More

Artikel test

02 Sep 2025, 14:08 WIBBusiness
Nulla facilisi

dwedwe

01 Sep 2025, 14:39 WIBBusiness
Nulla facilisi

coba

01 Sep 2025, 14:25 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

sqs

30 Agu 2025, 00:00 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-dkd2

22 Agu 2025, 14:27 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-ul88

22 Agu 2025, 11:10 WIBBusiness
psy5.jpg

artikelPublish-m13q

22 Agu 2025, 11:00 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

test embed html

22 Agu 2025, 09:33 WIBBusiness
ular kucing

asdfsf

21 Agu 2025, 10:00 WIBBusiness
doc/pribadi/IDN

Artikel republish lagi

20 Agu 2025, 15:10 WIBBusiness