AS-Iran Kian Memanas, Ekspor Indonesia Bakal Terhambat

Jakarta, IDN Times - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran kian memanas. Iran sempat melakukan serangan balasan dengan melakukan tembakan roket di pangkalan udara AS di Irak, sebagai balasan dari pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) M Rizal Taufikurahman menjelaskan, ketegangan ini akan berdampak pada terhambatnya komoditas ekspor Indonesia.
"Demand-nya (komoditas yang di ekspor) akan turun akibat embargo ekonomi oleh AS kepada Iran dan ancaman kepada pihak III yang bekerja sama dagang dengan Iran," katanya kepada IDN Times, Rabu (8/1).
1. Pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2020 sebesar 5,3 persen diprediksi sulit tercapai akibat ketegangan AS-Iran

Menurutnya jika aktivitas ekspor terganggu maka net ekspor nasional akan berpengaruh terhadap defisit perdagangan, sehingga pertumbuhan ekonomi sulit tercapai.
"Jika defisit perdagangan meningkat gap-nya, maka akan berefek terhadap turunnya neraca perdagangan, tentunya pertumbuhan ekonomi berat mencapai target dalam APBN 2020," ujarnya.
Sebagai informasi saja dalam APBN 2020 target pertumbuhan ekonomi berada 5,3 persen.
2. Berikut beberapa produk ekspor Indonesia

Selanjutnya Taufik menjelaskan, produk ekspor Indonesia di antaranya jenis kacang-kacangan yang segar atau kering, komoditas kertas dan kertas karton tanpa lapisan, bubur kayu kimia, soda atau sulfat.
3. Sentimen ketegangan AS-Iran berpotensi membuat APBN terbebani

Lebih jauh ia menuturkan, ketegangan AS-Iran akan sangat berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia. Pada akhirnya APBN semakin terbebani.
Namun ia menilai ini tidak akan berdampak langsung pada perekonomian Indonesia, hanya sentimen ini dapat membebani APBN. Lantaran jika minyak mentah dunia naik, harga minyak domestik juga akan terimbas naik.
"Kalau pun terdampak perekonomian Indonesia, meskipun dampaknya tidak secara langsung, namun terjadi pada dampak kedua (second round effect) sifatnya. Meskipun demikian, beban APBN semakin berat, yang akibatnya tergereknya harga minyak mentah dunia," tuturnya.